Laporan Wartawan Tribun Manado, David Manewus
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Pengiriman air bersih dengan kapal dari Manado untuk memenuhi kebutuhan warga Pulau Bunaken pada masa kepemimpinan Wali Kota Jimmy Rimba Rogi sekitar tujuh tahun silam cuma program darurat. Program tersebut hanya bertahan selama setahun.
Program tidak berlanjut lantaran membutuhkan dana tidak sedikit terutama untuk menyewa kapal pengangkut air.
"Untuk jumlah pasti biaya sewa kapal saya lupa. Tapi dana untuk itu memang besar," ujar Mantan Direktur PT Air Manado Herry Kereh kepada Tribun Manado, Selasa (23/7/2013).
Menurut Kereh, pasokan air bersih dengan kapal ke Bunaken pada masa itu lebih bersifat bantuan sosial dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan warga Bunaken.
Kereh mengatakan belajar dari pengalaman itu, maka butuh juga kajian yang lebih matang untuk menyuplai air bersih ke Pulau Bunaken, Manado Tua dan Siladen pada masa mendatang.
Dihubungi secara terpisah, Selasa (23/7/2013) malam, Pendeta Billy Johanis selaku koordinator pasokan air ke Pulau Bunaken kala itu mengakui program ini terhenti karena keterbatasan dana.
"Penyebabnya karena kekurangan dana. Costnya tinggi," ujarnya.
Menurut dia, pengiriman air dengan kapal ke Bunaken berlangsung sejak tahun 2006 dan bertahan selama setahun. Dalam seminggu pengiriman dilakukan empat sampai lima kali ke tima lokasi yaitu dua titik di Bunaken, satu di Pulau Manado Tua, dan satu lagi di Siladen.
Jenis kapal yang digunakan ialah kapal kayu milik Billy sendiri. Untuk satu kali perjalanan, kata dia, PT Air Manado mengeluarkan biaya Rp 500 ribu. Jika jaraknya lebih jauh seperti ke Manado Tua, mereka membayar Rp 600 ribu.
"Itu pun tergantung cuaca. Jika cuaca buruk, maka harganya naik," jelasnya.
PT Air pun membayar honor pekerja yang berjumlah lima orang, masing-masing mendapatkan Rp 1 juta per bulan. Untuk mandor Rp 1,5 juta per bulan.
Billy mengakui sudah banyak proyek air bersih yang masuk Bunaken. Pada tahun 2005 ada proyek pengambilan air sumur dari Tanjung Parigi. Pada tahun 2006 dengan dana APBN ada pembuatan sumur di Bunaken.
"Juga ada penyulingan air asin menjawa air tawar, tapi itu hanya jadi di musim hujan. Jika sudah musim kemarau, airnya menjadi asin lagi," katanya.
Proyek lainnya tahun 2007. Kali ini pengadaan sumur di Parepa, Tanjung Parigi dan Alumbanua. Proyek itu berlanjut tahun 2008-2009 dengan bantuan Dinkes berupa desalinator tapi ternyata semua tidak berhasil. Menurut Billy, janji Pemko Manado mengenai proyek lanjutan tahun tahun 2012 belum terealisasi.
"Jalan lingkar Bunaken dan jalan akses ke puncak Manado Tua sebagai objek wisata belum terealisasi. Padahal ongkos Manado-Bunaken pulang pergi Rp 40 ribu. Jika ke Tanjung Parigi harus membayar Rp 10 ribu," kata Billy.