.
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Suasana di Jalan Cipedes RT 7 RW 1 Kelurahan Cipedes, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Senin, 5 Agustus 2013, sekira pukul 18.00 WIB sepi. Pada saat itulah terjadi peristiwa memilukan yang merenggut nyawa Franciesca Yofie alias Sisca.
Gadis cantik berusia 34 tahun menjadi korban kejahatan. Tubuhnya penuh luka akibat terseret ratusan meter mengikuti laju motor yang dikendarai A (24) dan W (39) -- dua orang yang sebelumnya mengaku merampas tas milik Sisca.
Sisca yang sekarat lantas dibuang oleh kedua pelaku di sisi jalan. "Saya nih yang melihat jelas dengan kepala mata saya sendiri, korban itu 'digusur' sama pelaku. Saya pikir orang itu membawa apa ya? Saya pikir membawa boneka, soalnya tidak bersuara dan badannya kecil juga," kata saksi mata, RZ kepada Kompas.com saat ditemui di Cipedes, Kamis, (15/8/2013) kemarin.
Sementara, saksi mata lain, AT, mengaku berada di jarak 10 meter dari tempat dibuangnya Sisca juga mengaku melihat dua orang yang membuang tubuh gadis malang itu."Saya melihatnya pas korban itu digeletakan, tapi samar karena terhalang lampu. Itu yang digeletakkan apa ya, kata saya bertanya kepada sodara saya ini," aku AT.
Sesaat kemudian, kata AT, kedua pengendara motor langsung kabur dengan menggeber kendaraannya. "Saya sempat teriak kepada yang membawa motor itu, 'woooy lalaunan mawa motor teh, bisi nabrak budak'', (pelan-pelan bawa motor, nanti menabrak anak-anak)," kata AT.
Kemudian, AT menghampiri 'barang' yang diletakkan kedua pengendara itu. Ternyata ketika dicermati, 'barang' itu adalah sesosok wanita berbaju hitam dalam posisi terkelungkup berlumuran darah. "Sejak saat itu saya berteriak, warga pada keluar semua," kata AT.
Warga kaget dan kebingungan melihat kondisi Sisca yang pada saat itu tergeletak dengan darah berceceran. Saat itu korban masih hidup. Warga hanya menutup korban dengan kain, tidak berani menyentuh korban karena takut disalahkan polisi.
"Darah dari tubuhnya terus mengalir, terutama yang paling banyak mengalir dari kepalanya. Saya hanya bisa nangis saja, mau nolong engga bisa. 'Si eneng'-nya (korban) masih hidup, masih bernafas, darahnya terus mengalir, di jalan itu merah, penuh darah. Kasihan melihat dia, saya mau nolong engga bisa. Saya suruh aja si eneng itu berdoa sesuai agamanya," ujar AT.
Darah Sisca terus mengalir, korban terdengar menangis meski tidak keras. "Iya, 'si eneng'-nya nangis, ngeluarin suara, tapi tidak keras. Kasihan, saya juga sampai ikut nangis, mungkin karena menahan sakit ya. Nangisnya begini, heeeeuuuuuhhhh, heeeeeuuuuuhhhh, heuuuuuuuu," kata AT.
Cium Kalung Salib
Sedih suasana saat itu, kata dia. Sementara korban merintih tak henti. Polisi dan ambulan pun tak kunjung datang. LL, saksi lainnyanya, lalu membisikan telinga korban untuk berdoa. Mendengar bisikan LL, korban berusaha mengambil kalung salib dari dadanya dengan tangan yang saat itu berlumuran darah sambil terkelungkup. Kalung itu diciumnya.
"Saya bilang gini sambil berbisik, neng yang sabar ya neng, tahan, berdoa aja sama Tuhaneneng. Si eneng-nya langsung berusaha mengambil kalung salib itu. Kalung salib langsung dicium. Sampai polisi datang, kalung itu pun tetap menempel pada bibirnya," ungkap LL.
Selama kurang dari dua jam itu, lanjut AT, darah dari kepalanya terus menerus mengalir semakin banyak. Warga berkerumun pada saat itu. Namun, warga tidak berani menyentuh korban karena takut bermasalah dengan polisi.
"Ya kan, kami di sini nunggu polisi, polisi datangnya telat. Kami tidak berani menyentuh korban karena takut kena sidik jari sama polisi. Kami cuma tutupi saja badan korban pakai kain, karena celananya juga kan lepas," ujar AT.
Sementara, kata IN, saksi lainnya, polisi telat datang ke lokasi. Korban baru dapat dilarikan ke rumah sakit pada pukul 20.00 WIB. "Polisi datang telat banget, korban di sini juga nunggu sangat lama. Jam 8-an lah korban baru dapat dilarikan ke rumah sakit. Hampir dua jam korban nunggu," kata IN.
"Bohong banget lah, sempat saya baca di koran kalau pada saat kejadian itu, katanya gini, dijelaskan, 'untung saja pada saat kejadian ada mobil patroli polisi yang lewat', bohong lah.Yang jelas mah polisinya telat datang," kata IN.
"Beda cerita mungkin ya, kalau polisi datang lebih cepat dan si eneng cepet-cepet dibawa ke rumah sakit dan bisa ditolong," sambung IN lirih. (*)