Karena potensi konflik disetiap konsesi sangat rawan terjadi.
"Yang pasti kami patut mengapresiasi kepada seluru peneyelenggara pemilu di lima daerah serta aparat kepolisian dan Paswas karena telah bekerja secara serius dan maksimal menciptakan kondisi aman di lima pilkada," terangnya enggan mengomentari kekalahan Supomo Guntur-Kadir Halid di Pilwalkot Makassar.
Namun yang pasti lima pilkada yang serentak digelar belum final, meski sudah ada pemenangnya berdasarkan hasil perhitungan cepat oleh lembaga survei.
"Masih ada proses yang perlu dilewati termasuk hasil akhir ril count dari KPU," kata Syahrul menambahkan.
Berbeda dengan Wakil Ketua DPD Golkar Sulsel Arfandi Idris. Dia mengomentari, ekalahan partai Golkar di beberapa pilkada, termasuk di pilkada Makassar, Jeneponto, dan Pinrang, menjadi ancaman. Apa lagi partai Golkar tak mampu meraih suara terbanyak di 3 pilkada dari 5 konseksi di Sulsel.
Menurutnya, kekalahan usungan Golkar disebabkan faktor tidak solidnya kader mulai tingkat grass root hingga di level DPD.
"Selai itu ada faktor lain juga. Namun tidak etis dipublikasikan," kata Arfandi.
Kegagalan di beberapa pilkada menjadi ancaman besar partai Golkar, dan akan berpengaruh pada pemilu dan pilpres mendatang.
"Ya namanya Pilkada ada yang menang dan kalah. Dan kegagalan itu menjadi bahan pelajaran untuk tetap menjaga kesolidan kader," ujarnya.
Arfandi yang juga mencalonkan diri sebagai caleg provinsi Sulsel, mengatakan, ada beberapa faktor kekalahan usungan Golkar di tiga pilkada.
Pertama, karena kurangnya komunikasi pasangan calon terhadap partai, sehingga mesin partai tidak bekerja secara maksimal.
Selain itu, kerja-kerja politik kandidat, juga tidak melibatkan mesin partai, malahan para kandidat justru mengandalkan kerja tim pasangan calon sehingga wajar jika hasilnya seperti ini.
Mestinya, kandidat mengakomodir seluruh kader partai, agar pergerakan mesin partai bisa bekerja dengan maksimal untuk mendulang suara besar.
"Beginimi kalau kandidatnya tidak bisa melakukan komunikasi dengan baik kepada partai, ini merupakan pelajaran dan harus dilakukan evaluasi," jelasnya.
Arfan di menambahkan, kekalahan ini tidak boleh menjadi ajang untuk menyalahkan siapapun.
"Kesalahan ini harus dijadikan sebagai kesalahan bersama. Dan mari saling instropeksi diri akan kekalahan yang dialami, karena kedepan masih ada pemilu, pilpres, dan pilkada mendatang," kata Arfandi menambahkan. (Rud)