TRIBUNNEWS.COM, MALANG -- Tim Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) berhasil mencapai Ranu Tompe, sebuah danau yang selama ini bagaikan sebuah mitos di Gunung Semeru. Namun danau yang kaya flora dan fauna ini akan tetap ditutup untuk umum, kecuali untuk penelitian dan pendidikan.
Nama Ranu Tompe nyaris tidak dikenal para pendaki Semeru. Nama ini kalah terkenal dengan sejumlah danau lain, seperti Ranu Pane, Ranu Regulo, Ranu Darungan, Ranu Kumbolo, Ranu Kuning dan Ranu Pakis.
“Selama ini Ranu Tompe dikenal lewat pencitraan satelit dan cerita warga sekitar. Tapi belum pernah ada yang membuktikan ke sana,” ujar Kepala BB TNBTS, Ayu Dewi Utari, Selasa (26/11/2013).
Tidak banyak warga sekitar yang pernah ke Ranu Tompe. Mereka menyebut danau ini dengan nama Ranu Lus, dari kata halus. Sebab warga meyakini Ranu Tompe adalah kerajaan para lelembut.
Namun pertengahan Oktober lalu, tim ekspedisi gabungan yang dibentuk BB TNBTS berhasil mencapai Ranu Tompe. Ayu menyebut, Ranu Tompe berada di zona inti hutan Semeru, dengan ketinggian 1700 meter di atas air laut. Letaknya sangat sulit dijangkau.
“Danau ini masih perawan, karena kepercayaan warga bahwa di sini pusat kerajaan lelembut. Jadi tidak banyak yang berani ke Ranu Tompe,” tutur Ayu.
Kondisi alam yang masih asli itulah yang membuat danau ini menjadi pusat sejumlah flora dan fauna. Tim bahkan menemukan bekas cakaran macan dengan ukuran besar. Ada kecurigaan, bekas cakaran di pohon tersebut milik harimau Jawa, yang sudah dinyatakan punah.
“Ada kemungkinan macan tutul atau macan kumbang, tapi ukurannya terlalu besar. Jadi ada kecurigaan dari tim, itu bekas cakar harimau Jawa,” tambah Ayu.
Namun kecurigaan tersebut butuh pembuktian ilmiah. BB TNBTS berencana memasang kamera trap untuk memastikan jenis macan yang meninggalkan cakaran besar tersebut. Jika terbukti satwa tersebut harimau Jawa, maka Ranu Tompe akan menjadi lokasi maha penting dalam bidang konsevasi.
Setidaknya tim ekspedisi menemukan 20 jenis fauna di dana ini. Selain macan, ada juga babi hutan, rusa, lutung hingga capung khas Semeru yang tidak ada di lokasi lain. Belum lagi jenis serangga yang baru terdata 10 jenis.
“Lokasi tersebut benar-benar kaya. Makanya harus dilindungi dan dibiarkan tetap perawan,” tegas Ayu.
Tim juga mencatat sekurangnya 50 jenis flora. Termasuk jenis pinang Jawa, yang selama ini hanya ditemukan di Gunung Halimun, Jawa Barat. Temuan ini tentu menegaskan keanekaragaman hayati Ranu Tompe.
Karena itu BB TNBTS tidak akan membuka danau ini untuk wisata. Ranu Tompe hanya akan dibuka untuk para peneliti dan keperluan dunia pendidikan.
“Areanya akan tetap menjadi kawasan tertutup bagi wisatawan. Ini zona inti perlindungan yang harus tetap apa adanya,” katanya.
Lebih jauh Ayu mengajak masyarakat Jawa Timur untuk menjaga kelestarian hutan Semeru. Sebab Semeru merupakan tumpuan masyarakat Jawa Timur.
Semeru menjadi sumber air yang mengaliri 26 sungai yang mengular ke sejumlah wilayah di Jawa Timur. Termasuk sungai Brantas yang menjadi sumber pangan nasional. (David Yohanes)