Laporan Wartawan Surya, Haorrahman
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Penangkapan dua teroris oleh Densus 88 dan Polda Jatim, Senin (20/1/2014) malam, sangat membuat warga Kenjeran geger.
Mereka tidak menyangka, jika di gang kecil Jalan Tanah Merah Sayur I, terdapat rumah yang menjadi sarang teroris.
Rumah tersebut tidak memiliki nomor pada dindingnya. Itulah yang membuat polisi sempat kesulitan menentukan nomor rumah tersebut.
Awalnya polisi menyebutkan jika nomor rumah itu nomor 17, namun di ujung gang terdapat rumah yang juga bernomor 17. Polisi pun meralat nomor rumah itu adalah nomor 14. Namun ternyata nomor 14 berada di samping rumah itu, polisi pun kembali meralat dan memastikan jika nomor rumah itu nomor 17.
"Nomor rumah di sini memang tidak berurutan. Itu rumah nomor 17. Di gang ini terdapat dua rumah bernomor 17," kata Bai Setiabudi, ketua RT 29 RW 4 Kedinding Kenjeran Surabaya.
Bai mengaku sangat terkejut jika rumah tersebut digrebek karena teroris. Padahal, menurut Bai, rumah milik Abdul Hamid tersebut, tidak menunjukkan aktifitas yang mencurigakan.
"Saya sangat terkejut, ternyata di kampung ini ada yang jadi teroris," kata Bai.
Di rumah yang semalam digrebek polisi, merupakan rumah Abdul Hamid. Seorang pedagang tahu.
Di rumah tersebut, selain Abdul Hamid, juga tinggal Agus, anak Hamid, istri Agus, Latifa dan seorang anak Latifa yang masih SMP. Selain itu juga terdapat Abdul Majid, yang semalam dibawa oleh polisi, karena diduga teroris.
Tidak hanya Bai, tetangga sekitar pun mengaku sangat terkejut. Musyarofah, tetangga Majid, mengatakan, Majid adalah sosok yang santun.
"Dia baik sama tetangga. Menyapa jika bertemu. Yang saya tahu dia bekerja menjual telur puyu dan tahu, yang dititipkan di warung-warung," kata Musyarofah.
Tidak ada kejanggalan dari sosok Majid. Menurut Musyarofah, Majid berpenampilan sama seperti warga lainnya. Tidak memelihara jenggot panjang, pakaiannya normal, aktifitasnya pun juga normal.
"Dia berbicara seperlunya, juga sering bercengkrama dengan warga sekitar," tambah Musyarofah.