Laporan Wartawan Tribun Manado, Alexander Pattyranie
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Minggu (23/2/2014) lalu Nace Moningka, warga Lingkungan 3 Sario Utara, Manado, kembali dari tempat pengungsiannya.
Sejak itu hingga Selasa (25/2/2014), nenek yang tinggal sebatang kara itu menggunakan air sumur bercampur lumpur untuk mencuci pakaian, bahkan untuk mandi.
"Semua tertutup lumpur, tapi sebagian sudah dibersihkan. Ya, mau berharap apa? Kepada siapa? Jadi apa yang semua Tuhan berikan saya tetap bersyukur," ujarnya saat ditemui Tribun Manado di kediamannya.
Rumahnya itu berada di dekat sungai. Pada lantai ruang tamu lumpur sudah mengeras sehingga menjadi lantai tanah. Seluruh aktivitas dilakukannya di situ.
Perempuan berusia 74 tahun itu menyebut, kamar tidur belum bisa digunakan karena belum dibersihkan. Untuk tidur, ia memasang tiga kursi panjang berbahan kayu yang didekatkan. Di atas kursi tersebut ia mengalaskan kasur tipis bantuan bencana beserta selimut.
Di halaman rumah tampak lumpur yang mengeras berbentuk bukit. Di atas bukit tersebut terdapat barang-barang Nace yang tidak bisa digunakan.
"WC sudah hancur tapi masih bisa digunakan walau sebagian dindingnya terbuka," tuturnya.
Saat makan maupun tidur, ia mengaku sudah terbiasa, padahal tercium bau lumpur serta debu beterbangan.
"Mau bagaimana lagi?" ujarnya pasrah.
Untuk menuju ke bagian dapur harus merunduk. Lumpur yang mengeras sangat tinggi sehingga jarak atap ke tanah menjadi dekat.
Di samping dapur itu terdapat sumur yang sangat kotor. Dalam sumur kecil seukuran drum itu terlihat air yang keruh seperti air yang dicampur lumpur. Di dekat sumur ada batang pohon pisang yang belum dipindahkan.
"Saya berusaha sendiri membersihkan sumur ini," ujarnya sembari menunjukkan lumpur yang dikeluarkan.
Nace mengaku tetap menggunakan sumur tersebut karena malu jika harus mencuci pakaian di rumah orang.