Laporan Reporter Tribun Jogja, Singgih Wahyu Nugraha
TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Kelompok warga dari tiga pedukuhan di Desa Glagah, Kecamatan Temon, menolak kegiatan sensus atau pencacahan apapun di wilayahnya.
Warga khawatir data sensus tersebut digunakan secara diam-diam untuk kepentingan rencana pembangunan bandara di Temon.
Hal itu diutarakan puluhan warga dari Sidorejo, Bapangan dan Kepek dalam pertemuan dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kantor Wilayah Kulonprogo di rumah Dukuh Sidorejo, Glagah, Kamis (24/4/2014).
Pertemuan yang difasilitasi oleh Dukuh Sidorejo tersebut sebagai tindak lanjut atas kedatangan petugas dari BPS yang melakukan pendataan bidang pertanian beberapa hari sebelumnya di wilayah Sidorejo.
Karena khawatir, warga setempat yang juga tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT) itu langsung membunyikan kentongan hingga semua warga langsung berkumpul. Mereka lalu meminta petugas tersebut menghentikan kegiatannya.
“Dikentongi bukan bermaksud anarkis tapi mewaspadai secara cepat kalau ada orang tak dikenal dan mencurigakan,” kata seorang warga, Sugito (55).
Dijelaskannya, sejak muncul wacana pembangunan bandara di Temon, masyarakat menjadi resah dan sensitif karena takut kehilangan rumah dan lahannya.
Apalagi, sebelumnya warga juga sudah menolak kegiatan pendataan yang dilakukan pemerintah kecamatan.
Segala bentuk kegiatan pendataan hingga sensus membuat warga berpikir hal itu hanya akal-akalan pemerintah untuk mendata warga yang akan tergusur oleh pembangunan bandara.
Tingkat kepercayaan warga kepada pemerintah saat ini menurut Sugito sudah sangat tipis semenjak adanya rencana pembangunan megaproyek tersebut.
Maka itu, warga kini menolak segala bentuk sensus maupun pendataan di masyarakat, termasuk juga sensus pertanian yang dilakukan BPS.
“Warga khawatir sensus itu digunakan untuk melengkapi data terkait rencana pembangunan bandara. Karena ini kan terkait pertanian dan lahan,” tambah Sugito.(Tribunjogja.com)