TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Beban malu yang ditanggung keluarga selama 48 tahun berakhir sudah. Dolly, lokalisasi seks komersial yang konon terbesar di Asia Tenggara, resmi ditutup Pemerintahan Kota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (18/6/2014) malam.
Sejak kompleks lokalisasi mengatasnamakan Dolly terhitung 1966, membuat garis keturunannya menutup identitasnya selama puluhan tahun. Keluarga berharap, tak ada lagi orang yang menyebut nama Dolly setelah lokalisasi ini ditutup selamanya.
Sebelum meninggal pada 1992, Tante Dolly sering menangis karena namanya dipakai sebagai nama gang pelacuran, Gang Dolly. "Mudah-mudahan, sekarang arwah kakak (Dolly) bisa tenang," tutur Handoyo, sang adik, Rabu (18/6/2014).
Handoyo meminta Surya (Group Tribunnews.com) yang bertamu ke rumahnya tidak mempublikasikan nama kecil dirinya. "Ada yang bilang kakak saya mantan PSK yang naik pangkat menjadi mucikari. Saya sebagai adik, sangat sakit hati. Sus (Dolly) bukan seperti itu,” katanya.
Dolly meninggal pada 1992. Pihak keluarga memakamkannya di kompleks pemakaman Nasrani di Sukun, Kota Malang. Makam ini ramai dicari para jurnalis. Mencari makam Dolly di tengah ribuan makam, bukan perkara mudah.
Namun, juru kunci makam dengan cepat menunjukan lokasinya, yang tidak jauh dari pos penjagaan. "Belakangan saja banyak yang cari lokasi makamnya. Sebelumnya enggak ada,” ucap juru kunci makam Kasemin.
Sebelum 2008, beberapa kali rombongan dari Surabaya menengok makam Dolly yang bergaya arsitektur Eropa ini. Di atas batu nisannya terpahat DA Chavid, meninggal 7 Januari 1992. "Tapi, setelah itu sudah tidak ada lagi,” katanya.
Keluarga: Arwah Sus Dolly Kini Bisa Tenang
Editor: Y Gustaman
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger