Lihat saja, Marxisme pernah luar biasa, tetapi sekarang sudah mati. Sosialisme juga pernah luar biasa, tetapi sekarang tidak lagi.
Ideologi ISIS ini tidak berbasis pada beberapa hal mendasar. Misalnya watak dasar manusia yang mencintai perdamaian.
Kedua, ISIS tidak berbasis pada cita-cita masa depan atau cita-cita akhirat, dan tidak berbasis pada human relations atau hubungan yang intim antar sesama manusia.
Ideologi adalah kepentingan. Marxisme mengusung kepentingan buruh. Sosialisme kepentingannya persamaan hak. Lalu ISIS kepentingannya apa? Kepentingannnya adalah Islamic State.
Nah, ketika kepentingan ini tidak terwujud—dan saya yakin akan susah terwujud— maka pasti ISIS akan mati.
ISIS selalu menggunakan idiom-idiom agama. Jihad fi sabilillah dan mati sahid misalnya, menjadi magnet untuk merekrut anggota dan pendukung. Bagaimana Anda melihat ini?
Tentang jihad mereka (ISIS) saya tidak mau komentar. Tetapi jihad yang sesungguhnya, menurut saya adalah perjuangan. Jihad bukan perlawanan, bukan juga permusuhan.
Jadi sangat penting untuk dibedakan antara perjuangan, perlawanan, dan permusuhan.
Sebagai perjuangan, maka jihad tidak harus punya lawan. Sebagai contoh, saya berjuang untuk bisa sukses, untuk bisa pintar, dan untuk bisa hidup. Dalam sebuah perjuangan, kadang-kadang lawannya justru adalah kita sendiri.
Jadi, konsep jihad itu menekankan pada aspek perjuangan kita sebagai manusia.
Perlawanan beda dengan perjuangan. Sebuah perlawanan atau permusuhan, selalu menganggap ada pihak lain sebagai lawan. Nah, inilah yang saya kira terlihat pada ISIS.
ISIS telah terkonstruksi sehingga seolah-olah setiap orang di sekeliling mereka adalah lawan.
Menurut mereka, setiap orang Amerika adalah lawan, setiap orang dari barat adalah lawan, sampai-sampai orang Islam yang tidak menerapkan syariat pun dianggap sebagai lawan.
Jadi, konsep jihad mereka didasari pada gagasan untuk melawan musuh, yakni semua orang yang tidak sealiran. Menurut saya, itu kesalahan yang luar biasa.
Kalaupun jihad dimaknai sebagai peperangan, maka harus dilihat dulu konteksnya.
Sebab kalaupun harus perang sekalipun, banyak sekali syaratnya. Kapan harus perang, siapa yang boleh diperangi, dan lain sebagainya.