News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lapsus Jejak ISIS di Jatim

News Analysis : Jihad Itu Bukan Permusuhan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Militan Islam dari Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.

Lihat saja, Marxisme pernah luar biasa, tetapi sekarang sudah mati. Sosialisme juga pernah luar biasa, tetapi sekarang tidak lagi.

Ideologi ISIS ini tidak berbasis pada beberapa hal mendasar. Misalnya watak dasar manusia yang mencintai perdamaian.
 
Kedua, ISIS tidak berbasis pada cita-cita masa depan atau cita-cita akhirat, dan tidak berbasis pada human relations atau hubungan yang intim antar sesama manusia.

Ideologi adalah kepentingan. Marxisme mengusung kepentingan buruh. Sosialisme kepentingannya persamaan hak. Lalu ISIS kepentingannya apa? Kepentingannnya adalah Islamic State.

Nah, ketika kepentingan ini tidak terwujud—dan saya yakin akan susah terwujud— maka pasti ISIS  akan mati.   

ISIS selalu menggunakan idiom-idiom agama.  Jihad fi  sabilillah dan mati sahid misalnya, menjadi  magnet untuk merekrut anggota dan pendukung. Bagaimana Anda melihat ini?

Tentang jihad mereka (ISIS) saya tidak mau komentar. Tetapi jihad yang sesungguhnya, menurut saya adalah perjuangan. Jihad bukan perlawanan, bukan juga permusuhan.

Jadi sangat penting untuk dibedakan antara perjuangan, perlawanan, dan permusuhan.

Sebagai perjuangan, maka jihad tidak harus punya lawan. Sebagai contoh, saya berjuang untuk bisa sukses, untuk bisa pintar, dan untuk bisa hidup. Dalam sebuah perjuangan, kadang-kadang lawannya justru adalah kita sendiri.

Jadi, konsep jihad itu menekankan pada aspek perjuangan kita sebagai manusia.

Perlawanan beda dengan perjuangan. Sebuah perlawanan atau permusuhan, selalu menganggap ada pihak lain sebagai lawan. Nah, inilah yang saya kira terlihat pada ISIS.

ISIS telah terkonstruksi sehingga seolah-olah setiap orang di sekeliling mereka adalah lawan.
 
Menurut mereka, setiap orang Amerika adalah lawan, setiap orang dari barat adalah lawan, sampai-sampai orang Islam yang tidak menerapkan syariat pun dianggap sebagai lawan.

Jadi, konsep jihad mereka didasari pada gagasan untuk melawan musuh, yakni semua orang yang tidak sealiran. Menurut saya, itu kesalahan yang luar biasa.

Kalaupun jihad dimaknai sebagai peperangan, maka harus dilihat dulu konteksnya.

Sebab kalaupun harus perang sekalipun, banyak sekali syaratnya. Kapan harus perang, siapa yang boleh diperangi, dan lain sebagainya.  

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini