Umar tidak mau anaknya dikaitkan dengan ISIS. Meski begitu Umar tetap mau melayani ngobrol.
Sama dengan Surya(Tribunnews.com Network), siang itu Umar dan istrinya sama-sama belum mendengar kabar Abu Fida ditangkap Densus.
Ngobrol gayeng masih berlanjut di depan rumah. Tepatnya di dalam toko bahan kebutuhan sehari-hari miliknya, di bagian depan rumah.
Di tengah ngobrol itu, muncul beberapa pria. Mereka duduk di atas sepeda yang diparkir tidak jauh dari rumah Abu Fida. Gelagat mereka terlihat jelas sedang mengawasi.
Berulangkali pandangan matanya mengarah rumah dan sekelilingnya. Belakangan diketahui mereka adalah para petugas polisi yang sedang mengamati situasi guna memuluskan penggeledahan.
Saat itulah masyarakat sekitar gempar. Kabar penangkapan Abu Fida pun menyebar.
Pria itu telah ditangkap sekitar pukul 07.30 WIB di Jl Kejawan Putih Sukolilo.
Polisi berseragam dan senjata lengkap menyusul datang. Polisi dari Polres Pelabuhan Tanjung Perak ini kemudian membentuk pagar betis di luar rumah.
“Kami hanya mengamankan, baik tertutup atau terbuka,” jelas Kasubag Humas Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Lily Djafar.
Lily mengaku tidak tahu perkara atau kasus alasan penangkapan Abu Fida.
“Terkait detail informasi penangkapan itu wewenang Mabes Polri,” tegasnya.
Penggeladahan itu murni dilakukan anggota Densus 88 Antiteror. Selama penggeladahan berlangsung tidak terlihat Abu Fida di sana.
Beberapa polisi khusus anti teror mengubek-ubek rumah keluarga Abu Fida. Keluar dari rumah, mereka menenteng dua kardus.
Satu kardus berisi barang-barang elektronik seperti komputer tablet, laptop, ponsel, flashdisk, hard disc, dan lainnya. Serta satu kardus lainnya berisi berkas-berkas.
Polisi juga menyita empat paspor atas nama Hana Fathiyah Muhammad, Muhammad Fidaul haq, Aisyah al Masudah, dan Muhammad Syaifudin Umar. (idl/ben/ook)