Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Zainal Arifin
TRIBUNNEWS.COM, KUDUS - Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera (KSBSI) Kudus menyayangkan peran buruh dalam membela kelangsungan industri hasil tembakau (IHT) masih rendah. Padahal lesu bahkan tutupnya IHT yang paling parah terkena dampaknya adalah para buruh sendiri.
Koordinator bidang monitoring kebijakan perburuhan KSBSI Kudus, Nur Wahid mengatakan, gerakan perlawanan IHT terhadap kebijakan pemerintah masih bergantung pada upaya pengusaha IHT. Diakui ataupun tidak, berbagai bentuk protes yang diperankan oleh buruh ataupun organisasi kemasyarakatan lainnya tidak lepas dari campur tangan pengusaha.
"Dengan kata lain, kesadaran buruh untuk menyelamatkan kelangsungan tempat mereka bekerja masih menunggu digerakkan," kata Nur Wakit, Minggu (31/8/2014).
Tidak jarang pula gerakan perlawanan menolak regulasi yang merugikan IHT masih sebatas mengatasnamakan pelaku IHT kecil menengah. Padahal dalam kondisi sekarang ini, IHT kecil tidak memungkinkan untuk bangkit.
Hal itu disebabkan kendala modal dan kalah bersaing dengan IHT besar. Tidak hanya itu saja, bahkan IHT besar juga berekspansi memproduksi rokok kelas IHT golongan kecil.
"Disisi lain, buruh yang bekerja di IHT besar masih merasa aman. Meski mengalami penurunan produksi, buruh di IHT besar tetap masuk kerja tiap hari. Kondisinya tentu berbeda dengan buruh yang bekerja di pabrikan kecil diambang bangkrut," jelasnya.
Nur Wahid (Wakit) menuturkan, gerakan buruh secara masif dan penuh kesadaran memprotes regulasi pemerintah yang menekan IHT, sulit terwujudkan untuk saat ini. Tidak hanya persoalan kesadaran yang perlu dibangun, namun juga berbagai informasi tentang kondisi IHT kini dan nanti juga mesti disosialisasikan. (*)