"Dalam rentang waktu enam jam terakhir, dari sisi kegempaan tercatat 12 kali gempa letusan dan 101 kali gempa hembusan," jelasnya. Selain gempa hembusan dan letusan, gunung terbesar di Jawa Tengah itu kembali mengeluarkan 1 kali gempa tremor harmonik.
Dentuman keras ini pun tak jarang membuat sejumlah warga kaget. Namun tetap saja warga penasaran ingin melihat langsung.
"Penasaran, ingin lihat Gunung Slamet. Saudara di Magelang telepon kalau mereka cemas dengan pemberitaan yang ada. Saya malah disuruh ngungsi ke sana. Makanya, saya ke Pos Gambuhan untuk melihat sendiri," jelas pengunjung dari Desa Bentar, Kecamatan Belik, Pemalang, Sulistiowati.
Dia bersama suami dan cucunya, Muhammad Alvino (2) melihat letusan abu dan beberapa kali mendengar dentuman keras.
"Liat unung, duer. (Lihat Gunung Slamet suaranya duer," kata Alvino.
Pantauan Tribun Jateng, kemarin siang, terdapat letusan abu Gunung Slamet. Selang beberapa saat selepas letusan abu terdapat dentuman.
Suara dentuman ini bak mercon apabila bunyinya ringan tapi apabila keras bak suara meriam.
Pada siang hari, letusan abu dan dentuman terjadi sekitar 5 menit sekali. Dan, tidak setiap letusan abu disertai dengan dentuman.
Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat PVMBG, Hendra Gunawan menerangkan, terkait dengan hal ini, masyarakat diharap tetap tenang.
"Masyarakat agar tidak panik dan menjauhkan isu yang tidak jelas sumbernya. Tetap memperhatikan arahan BPBD," jelasnya.
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sukedi menambahkan, ada peningkatan aktivitas magma.
Di antaranya, terjadi letusan abu vulkanik yang diikuti suara dentuman. Bahkan suara dentuman hingga terdengar sampai radius 17 km.
"Suara dentuman mengetarkan kaca rumah," tambahnya.
Camat Pulosari, Pemalang, Wibowo menerangkan, kondisi akhir meningkatnya Gunung Slamet, terjadi dentuman keras sekali.