Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bakti Buwono
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Di sebuah sudut kota Semarang, tepatnya kelurahan Gedawang, perhelatan besar setahun sekali terjadi pada Sabtu (14/9/2014) lalu. Ribuan orang berdiri di pinggir jalan untuk menyaksikan ritual budaya sedekah bumi.
Berbagai gadget keluar dari saku warga Keluraha Gedawang, Kecamatan Banyumanik. Arak-arakkan gunungan berisi hasil bumi berupa sayur dan buah-buahan menjadi sasaran warga untuk mengabadikan gambar.
Ritual sedekah bumi di wilayah Selatan kota semarang itu dikemas cukup modern. Ada drum band, yang mengawali rombongan karnaval. Kemudian diikuti pick up yang berisi gunungan hasil bumi. Ada sembilan RW, jadi ada sembilan pickup. Masing-masing gunungan dikawal oleh warga berkostum aneh, mulai dari buto dan sebagainya.
Bahkan, di Jalan kampung-kampung di kelurahan Gedawang, dipadati warga. Seluruh warga menyempatkan diri keluar rumah untuk melihat ritual tahunan sedekah bumi yang lengkap dengan karnavalnya.
Salah satu acara yang ditunggu adalah rebutan hasil bumi. Setiap pick up yang lewat langsung diserbu warga. Seorang di antaranya, Yanti yang rela berdesak-desakkan mengambl hasil bumi yang diarak. Lumayan, ia dapat terong dan kacang panjang.
"bisa buat masak nanti, haha," katanya sembari menunjukkan kacang panjangnya.
Sedekah bumi tidak hanya diramaikan dengan rebutan hasil bumi. Tetapi juga ada lomba tari sesonderan. Masing-masing RW juga mengirimkan wakilnya. Salah satu pesertanya berasal dari puri gedawang indah. Sekitar delapan anak kampung berlatih tari sesonderan.
Seorang penari, Lutfia Dhea Ananta (11), bahkan rela berlatih setiap malam demi tampil maksimal di sedekah bumi gerdawang. Siswi SD Srondol Wetan 05, itu selalu berlatih tiap hari selama dua minggu terakhir.
"Engga grogi kok. Sudah biasa, tahun lalu bahkan kami jadi juara satu, he he," tuturnya.
Camat Banyumanik Kukuh sudarmanto, berujar sedekah bumi merupakan ritual tiap tahun, usianya sudah puluhan tahun. Tahun ini ada arak-arakkan hasil bumi dari tiap RW dengan bentuk bermacam-macam. Total ada sembilan RW yang melakukan arak-arakkan.
Selain itu, pihaknya juga menggelar wayang kulit untuk puncak sedekah bumi. Intinya adalah mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rejeki yang sudah diberikan selama ini.
Ia mengatakan dari 11 kelurahan, hanya kelurahan Ngesrep yang tidak punya ritual sedekah bumi. Selain tiu, seluruh kelurahan di kecamatan banyumanik punya. Bahkan ada satu kelurahan yang punya lima hingga enam ritual sedekah bumi.
Wali kota Semarang, Hendrar Prihadi mengapresiasi kegiatan dalam rangka rasa syukur tersebut. Ia berharap, warga masyarakat terus menguri-uri budaya. Dengan begitu identitas bangsa tidak akan hilang. (Bakti Buwono)