TRIBUNNEWS.COM,MALANG - Saat ini Arema Cronus masih berkutat untuk menyelidiki pembakaran flare saat Arema menjamu Persipura Jayapura, Minggu (12/10) lalu.
Jika hingga 19 Oktober, Arema tidak bisa mengungkap dalang penyalaan flare, maka Arema terkena sanksi melawan Persela Lamongan tanpa penonton.
Aremania dilarang mendampingi tim away termasuk jika Arema lolos ke semifinal dan final ISL.
Arema pun membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus ini.
Tiga orang diperintahkan oleh CEO Arema, Iwan Budianto untuk khusus menyelidiki kasus ini.
Tiga orang tersebut adalah media officer Sudarmaji, Ketua Panpel Abdul Haris, dan manajer pemasaran Eko Fuad.
Tiga orang ini diperintahkan khusus untuk menyelidiki kasus ini.
Penyalaan flare memang menjadi pertanyaan besar bagi Arema.
Ini dikarenakan flare sudah lama tidak ada di Stadion Kanjuruhan Malang.
Namun tiba-tiba menyala, saat pertandingan dihadiri oleh tokoh-tokoh PSSI termasuk ketua Komisi Disiplin (Komdis) Hinca Panjaitan.
"Ini memang menjadi pertanyaan, karena flare menyala saat terdapat tokoh-tokoh PSSI. Kami melihat ada unsur kesengajaan," kata Sudarmaji.
Padahal seluruh penonton mengetahui jika Hinca datang ke stadion langsung.
Di jeda pertandingan, Hinca bahkan diminta untuk masuk ke lapangan dan memberikan hadiah langsung pada penonton.
Sehingga semua penonton tahu jika Hinca datang.
Selama pertandingan pun berjalan baik dan tertib.
Namun tiba-tiba di masa injury time, flare tiba-tiba menyala, meskipun hanya berlangsung empat menit.
Tidak hanya itu, di akhir pertandingan terdapat suara mercon yang sangat kencang, sehingga terdengar di seluruh stadion.
Menurut Abdul Haris, mercon tersebut dinyalakan di luar stadion. Namun itu juga menjadi catatan.
Selama ini dalam pelaksanaan pertandingan di Stadion Kanjuruhan, dua hal itu tidak pernah terjadi.
Itulah yang memantik pertanyaan mengapa hal itu terjadi justru saat tokoh PSSI datang.
"Kami akan bekerja sama dengan Aremania, untuk mengusut kasus ini. Karena jika sampai sanksi itu benar dilaksanakan, tentu semua dirugikan," kata Haris.
Bahkan CEO Arema, Iwan Budianto, menyatakan ada yang sengaja mendesain kejadian ini.
"Ada pihak yang sengaja untuk membuat Arema tidak bisa
menyelenggarakan pertandingan," kata Iwan.
Iwan menduga, terdapat pihak-pihak eks Indonesia Primer League (IPL), dibalik ini semua.
"Konflik ISL dan IPL masih belum tuntas," kata Iwan.