News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pesawat AirAsia Jatuh

Suami Lutfiah Berniat Menyenangkan Anak dan Orang Tuanya

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hayati Lutfiah Hamid dan anaknya, Naura, yang menjadi korban dalam peristiwa jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada Minggu (28/12/2014) lalu.

- Lutfiah Dikenali  Lewat Kalung

TRIBUNNEWS.COM.SURABAYA - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim berhasil mengidentifikasi satu dari enam jenazah korban AirAsia QZ8501 yang telah dikirim ke RS Bhayangkara.

Jenazah yang diberi lebel B001 itu ternyata warga Sidoarjo atas nama Hayati Lutfiah Hamid. Hasil ini diumumkan Ketua Tim DVI Polda Jatim, Kombes Pol Budiono, Kamis (1/1/2014) sore.

Penetapan ini setelah tim DVI menyesuaikan data ante mortem (AM) dan post mortem (PM). "Data primer yang diperoleh tim sesuai dengan PM," kata Budi. Selain itu, ada juga ID card atas nama Lutfiah. Saat diperiksa petugas, jenazah masih mengenakan kalung berinisial korban. "Keluarga juga mengakui. Atas dasar itu, kami yakin jenazah sesuai dengan nama korban," tambahnya.

Setelah dipastikan jenazah tersebut Lutfiah, Polda langsung menyerahkan ke keluarga korban. Jenazah Lutfiah yang sehari-hari berprofesi sebagai guru SD tiba di rumah duka di Jalan Nala, Desa Sawotratatap, Kecamatan Gedangan  pukul 16.31 WIB.

Ketika jenazah datang hujan yang semula turun deras tiba-tiba berhenti. Tak pelak, sanak saudara langsung menyambut mobil ambulans yang datang. Warga sekitar pun langsung menyerbu untuk ikut menurunkan jenazah.

Jenazah disemayamkan di rumah duka dan di salati secara berjamaah. Setelah itu jenazah dinaikkan ambulans milik Dinas Sosial Kota Surabaya untuk menuju makam yang jaraknya sekitar 300 meter.

Warga Sawotratap sendiri menggali makam mulai pagi dan warga terus menunggu. Sebelumnya, pihak keluarga berkeinginan menguburkan empat anggota keluarganya dalam satu liang lahat jika ditemukan. Namun karena hanya Lutfiah saja yang ditemukan dan tiga anggota keluarga lainnya belum ditemukan, maka Lutfiah yang dimakamkan lebih dulu.

Tiga keluarga yang belum ditemukan adalah Djoko Suseno, suami Lutfiah dan anaknya Naura Qanita Rosada Suseno, serta Soemamik Saerah, ibunda Djoko suseno.

"Berhubung jenazah Mbak Lutfiah yang ditemukan lebih dulu, harus dimakamkan duluan," ujar Mansur, adik ipar Djoko Suseno. Mansur yang juga Kepala SMK Kemala Bhayangkari 1 Medaeng, Waru, mengungkapkan setelah jenazah Lutfiah, pihak keluarga juga masih menunggu kabar tentang nasib tiga anggota keluarga lainnya.

"Sekarang konsentrasi dan mempersiapkan pemakaman lebih dulu," paparnya. Selama ini, Djoko yang menjadi guru olah raga di Madrasah Ibtida'iyah (MI) Darul Ulum Waru bersama istrinya memiliki usaha jual beli mobil.

Bahkan tahun depan Djoko yang memiliki rumah di Jl Ketintang Baru Selatan VB, Surabaya, berencana ke Tanah Suci menunaikan ibadah haji. "Kalau anaknya yang bernama Naura sekolah di MI Darul Ulum. Tentunya keluarga sangat berduka, tapi semua ini sudah menjadi takdir Allah SWT," tambahnya.

Mansur menceritakan, sebenarnya dua anaknya Rizky Ramadan, mahasiswa Unair dan Roby Ardiansyah, mahasiswa ITS juga diajak berlibur ke Singapura oleh Djoko. Keduanya sudah dibelikan tiket, karena keduanya masih ujian semester, akhirnya tidak diizinkan berangkat. "Mereka kan masih ujian. Jadi tidak saya perbolehkan berangkat," kata Mansur.

Buku Yasin Agung Wahyu, anak ragil Soemamik Saerah, mengaku tidak ada firasat apa-apa terkait ibunya dan keluarga kakaknya. Hanya saja, saat ibunya akan diantar ke rumah Djoko di Ketintang Baru Selatan sempat berpesan. "Buku surat Yasin yang ada di meja depan kamar ibu jangan dipindah-pindah," kenang Agung saat ditemui di rumah duka Jl Nala, Desa Sawotratap.

Kalimat terakhir itu dikatakan Soemamik saat mengunci pintu rumah untuk menuju rumah Djoko di Ketintang Baru Selatan. Ketika Agung mengantar ke rumah Djoko, Sabtu (27/12/2014), sekitar pukul 18.30 WIB, kondisinya hujan rintik-rintik.

 "Malah Mas Djoko ditelepon ibu untuk berangkat ke Ketintang Baru Selatan. Khawatirnya Mas Djoko keluar rumah dan ibu menginap semalam di rumah Mas Djoko," kenang Agung. Surat Yasin yang masih ada di atas meja depan kamar Soemamik sampai kini masih ada.

Kebiasaan Soemamik setiap usai salat Maghrib selalu membaca Yasin. Selain itu Soemamik juga mengikuti pengajian setiap minggunya. Minggu (28/12) usai Subuh, Djoko, Lutfiah, Naura, dan Soemamik berangkat menuju bandara naik taksi.

"Rencananya ibu diajak berlibur selama empat hari. Dua hari di Singapura dan dua hari di Malaysia," ujar Agung. Soemamik diajak berlibur di dua negara oleh Djoko, sekalian menemani anaknya yang juga liburan sekolah. "Mas Djoko memberi tahu ibu diajak ke Singapura dan Malaysia dua minggu sebelumnya. Katanya untuk menyenangkan orang tua dan anaknya," ucapnya.

Ketika ada kabar pesawat AirAsia hilang kontak sekitar pukul 06.30, Agung mengirim SMS ke ibunya, untuk menanyakan apakah sudah sampai atau belum. Tetapi sampai beberapa menit tak ada jawaban. "Akhirnya saya berusaha menghubungi ponsel Ibu, Mas Joko dan Mbak Lutfiah serta anaknya, tetap tidak bisa. Dari situ saya mulai gopoh," akunya.

Ketika akan berangkat ke Bandara Juanda untuk mencari informasi, Agung ketemu temannya, Imron dan Samsul. Lantas Agung balik ke rumah, karena kedua temannya melihat Djoko sedang menelepon di Jl Raden Wijaya tepatnya depan ACC Penjahit. Samsul katanya yang menyapa Djoko.

"Terus terang waktu itu plong. Tapi waktu itu saya sampai otot-ototan dengan kakak saya, Mbak Erna. Setelah ponsel Mas Joko saya telepon lagi nggak bisa akhirnya saya disuruh mencari travelnya," ungkap Agung.

Dari situ baru ia mengetahui bahwa ibu dan keluarga kakaknya menjadi penumpang AirAsia yang jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Delapan Jenazah Sementara itu Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya FHB Soelistyo mengatakan bahwa hingga Kamis sore Basarnas telah mengangkat sembilan jenazah korban AirAsia.

Dari jumlah tersebut, delapan jenazah telah dikirim ke Surabaya. "Satu jenazah berada di KRI Yos Sudarso," kata Soelistyo di kantor Basarnas, Jakarta. Pengiriman terakhir jenazah dari Lanud Iskandar, Pangkalanbun menuju Surabaya sekitar pukul 18.40 Wita, berjumlah dua jenazah. Kedua jenazah diterbangkan setelah menjalani proses identifikasi awal di RS Sultan Imanuddin, Pangkalanbun.

 Kedua jenazah itu tiba di Surabaya pukul 21.10 WIB. Jenazah ini adalah korban AirAsia ketujuh dan kedelapan yang dibawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim Sedangkan satu jenazah yang ditampung di KRI Yos Sudarso, lanjut Soelistyo, belum bisa dipindahkan ke Pangkalanbun karena cuaca sangat buruk. Tim gabungan telah mengerahkan helikopter untuk menjemput jenazah tersebut dari KRI Yos Sudarso namun upaya tersebut gagal karena cuaca buruk. "Cuaca sangat buruk dan tim tak bisa ke kapal. Kami sangat menyesal karena tidak bisa membawa satu jenazah tersebut," ujar Soelistyo.(jay/mif/tribunnews)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini