Laporan Tribunnews Batam, Alvin Lamaberaf
TRIBUNNEWS.COM, BATAM- Oleh mami-papi di Batam, perempuan memang telah dijadikan komoditas. Setiap kepala ada harganya mulai dari pengambilan dari kampung sampai menjadi wanita penghibur.
Y, seorang pekerja seks komersil (PSK) di Batam mengungkap, untuk perempuan-perempuan yang diambil dari kampung harganya sangat bervariasi.
“Satu orang biasa dihargai Rp 7-Rp 10 juta dari agen yang ada di kampung ke mami yang ada di Batam,”kata Y.
Harga jual perempuan dari agen ke mami-papi di Batam memang berbeda-beda tergantung usia, kecantikan, dan kemulusannya.
Y menceritakan, harga tertinggi biasanya untuk perempuan muda berusia 17-25 tahun. Sementara perempuan berusia 25-30 tahun dan 30- 40 tahun, harganya lebih rendah.
Uang ini, lanjutnya , diberikan kepada agen ¾ bagian. Sementara ¼ nya diberikan kepada si perempuan itu sendiri.
Namun tidak jarang si wanita tidak mendapatkan apa-apa karena diambil semua oleh agen. Transaksi perempuan tidak hanya sebatas dari agen ke mami-papi. Tapi juga dari mami-papi satu ke mami-papi lainnya.
Di dunia “bisnis perempuan”, wanita memang sudah dijadikan komoditas dan bisa diperjual belikan. Jika satu mami-papi memandang komoditasnya potensial untuk dijual dengan harga lebih mahal dari harga beli awalnya, maka mereka akan menjualnya.
“Sampai di Batam, kadang kami langsung kerja di tempat mami-papi yang sudah memesan. Kadang juga mami-papi menjual kami ke orang lain dengan harga lebih tinggi,”kata Y lagi.
Y sendiri telah menjadi korban penjualan dari mami pertama ke mami kedua seharga Rp 10 juta pada 5 Oktober 2014 lalu. Apabilah telah dijual, para wanita tersebut wajib bekerja di tempat mami-papi barunya, bisa di tempat hiburan malam, panti pijat, karaoke, dan lainnya.
Segala pendapatannya langsung diberikan kepada pemilik tempat hiburan dan setiap bulan, menerima upah dari pemilik hiburan.
"Kita dijual sama mami kadang kita dapat kadang tidak. Tapi kalau dijual kita wajib kerja dan layani tamu. Habis bulan baru terima gaji," ujar salah seorang perempuan yang bekerja di lokalisasi daerah Nongsa.
Apabilah ada pendapatan di luar seperti uang tips, bisa langsung menjadi milik mereka dan tidak diserahkan ke pemilik tempat hiburan.
Hal senada juga diungkapkan PSK lainnya berisial I yang bekerja di salah satu salon plus di kawasan Jodoh.
"Kami semua tak sama (tarifnya). Yang lebih mudah harganya lebih mahal. Kalau tariff melayani itu tergantung tamu dan juga kita sendiri yang merayu," kata perempuan yang mengaku dari Sumatra itu.