TRIBUNNEWS.COM - NAMANYA Zuraida Arianti, dipanggil Reda, mahir memainkan instrumen musik bambu, seruling.
Boleh jadi dialah satu-satunya perempuan di Gayo Lues yang menguasai alat musik tersebut.
Kemahirannya bermain seruling diperlihatkan dalam pertunjukan musik etnik pada peringatan HUT ke-40 Taman Mini Indonesia Indah (TMII), di Anjungan Aceh Taman Mini, Jakarta Timur, Minggu (19/4) pekan lalu.
Sejumlah nomor lagu etnik Gayo bernada sendu dan gembira mengalir dari bambu kecil yang memiliki enam lubang nada dan satu lubang tiup, itu.
Berpadu dengan instrumen musik seperti canang, memong, gegedem atau rapai, dan lain-lain, membuat pertunjukan Reda makin renyah.
Mengenakan pakaian bermotif kerawang Gayo Lues, dengan penutup kepala warna cerah, membuat penampilan Reda makin impresif.
“Saya sudah memainkan seruling sejak masih kanak-kanak,” kisah Reda dalam percakapan dengan Serambi, sesaat setelah pertunjukan.
Ia tak ragu saat diminta kembali memainkan alat musik serulingnya. Maka mengalirlah lagu yang antara lain liriknya berbunyi “harapan bunge harapan ara ilen tajuk selanga.”
Pertunjukan di Anjungan Aceh TMII itu adalah kali pertama penampilannya di ibu kota Jakarta.
Selama ini, ia mengaku lebih banyak mengisi pentas kesenian di Gayo Lues, Aceh Tengah dan Banda Aceh.
“Yah di acara-acara kesenian daerah dan tentu acara kawinan dan sebagainya,” lanjut Reda.
Kemahirannya bermain seruling mengantarkan prestasi gemilang bagi Reda. Ia berhasil merebut Juara II Festival Musik Bambu di Takengon, Aceh Tengah pada 2011 lalu.
Berdomisili di Kampung Penampakan, Kecamatan Belangkejeren, Reda, berusaha keras bersetia di jalur musik etnik.
Ia mengaku tak begitu percaya diri untuk bernyanyi. Karena itu ia terus mengasah kemampunnya meniup seruling. Ia berharap, suatu saat kelak, ia kembali memainkan alat musiknya di Jakarta, dengan penonton yang jauh lebih banyak lagi.