Adapun, anak-anak Zainal tak diajak lantaran sedang sakit. Mereka sekarang di Jakarta bersama ibunya. "Ibunya sudah cerai dengan Zainal.
Mereka tak tahu Zainal akan dieksekusi. Ada niat untuk menyampaikan. Tapi Mereka masih muda dan masih sekolah.
Khawatir kalau shok. Paling-paling saya bilang sabar saja banyak-banyak salat ayah sudah meninggal," imbuh Iwan.
Tak ada pesan lain kepada Iwan, selain kepada anak-anak Zainal agar taat beribadah. Zainal bahkan sudah menyerahkan semua pakaian yang ada termasuk baju kotornya.
"Saya sangat terharu. Dia minta saya bawa pulang ke Palembang saja baju kotor itu. Besok saya akan berkunjung lagi untuk yang terakhir," katanya.
Sementara itu, jika eksekusi benar akan dilakukan, Zainal minta dimakamkan di Cilacap saja. Namun, seumpama mendesak menurut Iwan lain waktu bisa dipindahkan.
Kuasa hukum Zainal, Ade Yuliawan mengatakan, perjuangan yang dilakukannya sudah maksimal.
Saat ditemui Tribun, Ade baru saja menerima amar putusan dari Kasie Pidum pada Kejaksaan Negeri Palembang.
Pengajuan peninjauan kembali (PK) kasus Zainal Abidin bin Mas Mahfud Badarudin (48) resmi ditolak.
Soal Pk kedua? Nggak ada kesempatan lagi karena sudah dimasukkan di ruang isolasi. Langkah selanjutnya masih banyak langkah, tapi mengingat kondisi dimasukkan ke isolasi tinggal menunggu Zainal.
"Sebenarnya saya tak pasrah. Tentunya jalan untuk ke sana tak hanya ini saja. Beberapa organisasi internasional mengecam tegas atas pelaksanaan hukum mati Indonesia yang berjalan saat ini. Kalau mau PK kedua, mau berangkat ke Palembang, tapi Zainal sudah didor besok. Negara tak mau kasih kesempatan mau apalagi," katanya dengan nada rendah.
Ade menceritakan, suasana di Lapas Besi sangat mengharukan. Terutama di selasar dimana keluarga dan terpidana mati bertemu.
Dia menyebut hampir semuanya kalap dalam tangis. Tetapi tidak untuk keluarga Zainal.
Dia mengungkapkan, di Lapas Besi Nusakambangan sudah ada tiga barikade. Setiap barikade ada empat petugas lengkap dengan senjata laras panjang. Ambulan dan truk Brimob juga ada.