TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Sejumlah warga Kota Magelang, Jawa Tengah, mengeluhkan kelangkaan gas LPG 3 kilogram yang terjadi beberapa hari terakhir. Ada warga yang terpaksa memasak air menggunakan alat penanak nasi listrik (rice cooker), serta ada pula warga yang beralih memakai bahan bakar kayu.
"Sudah tiga hari terakhir saya masak air pakai rice cooker, makanan beli di warung. Saya cari gas di mana-mana kosong," ujar Choriroh, warga Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Senin (25/5/2015).
Ibu lima anak itu mengaku juga terpaksa mengandalkan makanan cepat saji di warung untuk memenuhi kebutuhan makanan keluarganya sehari-hari. Kondisi ini membuat pengeluarannya membengkak dari hari biasanya.
“Saya dijanjikan (oleh pangkalan) dapat gas Senin sore ini. Kalau mau beli gas 12 kilogram mahal,” tuturnya.
Choriroh berharap pemerintah daerah setempat benar-benar melakukan operasi pasar yang bisa sepenuhnya berjalan maksimal. Termasuk bisa melakukan pengawasan berkelanjutan, agar gas tidak lagi sulit didapatkan oleh warga kecil.
Kepala Pusat Koperasi Konsumen (PKK) Kota Magelang, Bambang Setyawan, mengungkapkan bahwa untuk menanggulangi kelangkaan gas melon itu pihaknya bersama Pertamina dan Hiswana Migas menggelar operasi pasar, Senin (25/5/2015) siang. Operasi pasar dilakukan serentak oleh agen LPG PKK dan agen Fatima Kota Magelang untuk 17 kelurahan yang ada.
“OP ini hasil koordinasi kami dengan pemerintah dan pangkalan yang kemudian mengirim surat ke Pertamina. Pertamina menyetujui tambahan 560 tabung dan sekarang kami gunakan untuk OP,” ujarnya, di sela kegiatan di Kantor Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Utara.
Bambang mengatakan, sebagai agen, pihaknya wajib menyampaikan gas operasi pasar ini kepada masyarakat yang saat ini tengah kesulitan memperoleh gas bersubsidi tersebut. Bambang menyebutkan, dalam operasi pasar ini pihaknya menjual gas 3 kilogram seharga Rp 15.500 per tabung sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
"Melalui OP ini sekaligus mengedukasi masyarakat bahwa harga gas melon pada dasarnya tidak lebih dari Rp 15.500 per tabung. Karena yang terjadi di lapangan banyak yang menjual lebih mahal dari HET," ucap Bambang.
Lebih lanjut Bambang menjelaskan, kelangkaan gas melon belakangan ini merupakan siklus tahunan yang biasa terjadi setiap menjelang bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Menurutnya, banyak warga, terutama industri rumahan yang mulai memproduksi makanan kecil untuk persiapan bulan Puasa.
"Selain itu kelangkaan juga dipengaruhi oleh faktor psikis konsumen itu sendiri. Konsumen khawatir tidak kebagian gas, sehingga membeli gas lebih dari satu tabung sebagai cadangan. Stok gas di Kota Magelang masih relatif aman dan tidak dikurangi," ujar Bambang.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk ikut melakukan pengawasan terhadap peredaran gas tersebut. Menurutnya, gas bersubsidi hanya diperuntukkan bagi konsumen kelas menengah ke bawah, bukan untuk rumah makan, hotel, industri besar, dan kalangan menengah ke atas lainnya. Hal ini juga untuk mengantisipasi kelangkaan gas yang justru merugikan masyarakat kurang mampu.
Penulis : Kontributor Magelang, Ika Fitriana