"Sampe di sini cuma macet, jauh kali jadinya parkir angkot kami. Udah jalan, tak ada pulak pesawatnya. Kalo siang kami ke sini, katanya warga yang tak berkepentingan tak boleh masuk. Makanya malam kami datang," ucap Yuni, Rabu malam.
Alhasil, dia dan rombongannya hanya berdiri-diri saja di seberang jalan lokasi jatuhnya Hercules.
Berfoto-foto sebentar, mereka lalu berjalan kembali menuju tempat angkot carterannya.
"Pulang ajalah, udah malam. Lagian tak adanya yang ditengok," kata dia.
Raup rejeki
Sementara itu, pedagang asongan dan kaki lima dadakan menggelar dagangannya hingga malam hari.
Mereka menangguk untung lebih banyak dari biasanya.
Tono, pedagang minuman mengaku tinggal tiga botol teh dingin saja yang tersisa. Padahal, dia membawa 200 botol.
"Biasanya, hanya 50 botol saja yang laku," kata dia.
"Lumayan kalilah, apalagi panasnya gak tanggung tadi. Banyak yang nyari minuman dingin. Rezekilah ini," kata dia sumringah.
"Tentara-tentara sama polisi itu yang paling banyak minum, ada juga orang SAR. Besok jualan lagi aku, siapa tau masih bisa laku banyak," ujar Tono.
Yatti pedagang bakso dan gorengan juga mengatakan hal yang sama. 100 mangkok bakso-nya ludes, begitu juga dengan gorengan.
"Tak ada sisa. Memang panas kali tadi, banyak yang nyari es. Tapi juga lapar. Yang ngangkat-angkat mayat itu banyak beli, tak puasa orang itu," katan dia sambil tertawa.
KOMPAS.com/Kontributor Medan, Mei Leandha