Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Jino Prayudi Kartono dan Cornel Dimas
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Kebakaran hebat ruang tunggu eksekutif JW Sky Lounge di terminal 2E Bandara Soekarno-Hatta, Minggu (5/7/2015) berdampak luas.
Sebanyak 160 jadwal penerbangan dari dan ke Jakarta terkendala. Bahkan puluhan penumpang telantar di Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan.
Mereka ini umumnya penumpang Garuda Indonesia yang keberangkatannya dari Jakarta tertunda sekitar 6 jam. Mereka transit di Balikpapan untuk seterusnya melanjutkan perjalanan tujuan Tarakan dan Berau, Kalimantan Utara misalnya, menumpuk di Sepinggan, Minggu (5/7/2015).
Terdapat 10 orang penumpang dari Jakarta yang hendak ke Tarakan, dan 15 orang tujuan Berau terpaksa tak dapat melanjutkan penerbangan lantaran maskapai Garuda Indonesia terlambat tiba. Pihak maskapai pun menginapkan penumpang di hotel, selama satu malam.
Para penumpang itu tampak berkerumun, di lobi Hotel Hakaya yang terletak dekat bandara, di Jalan Marsma R Iswahyudi. Mereka membawa barang bawaan berupa tas dan koper.
Mereka ini adalah para penumpang Garuda Indonesia tujuan Tarakan dan Berau yang transit di Balikpapan sejak pukul 17.00 Wita. Bersama dua orang customer service Garuda Indonesia, mereka mengurus kamar hotel.
Pandu (32), seorang penumpang, mengaku kecewa atas kejadian tersebut. Ia dan rombongan rekan kerjanya seharusnya bertolak ke Balikpapan pada pukul 08.50 WIB, namun mengalami penundaan hingga menjelang sore.
"Kecewa, memang tadi pas di Jakarta ada kebakaran di salah satu terminal, harusnya kami berangkat pukul 08.50 WIB, tapi kami diberangkatkan jadi pukul 14.30 WIB," ujar Pandu, karyawan di salah satu perusahaan batu bara.
Pandu dan kawan-kawan menggunakan pesawat Garuda Indonesia bernomor GA 576 dari Soekarno-Hatta menuju Sepinggan. Jika penerbangan tidak tertunda atau delay, rombongan mereka bisa mengejar waktu penerbangan selanjutnya ke Tarakan dan tiba sore di sana.
Kekecewaan Pandu bertambah lantaran Senin, ia tak bisa masuk kerja. Ia tak bisa mengejar waktu keberangkatan dari Tarakan menuju tempat kerjanya di Pulau Bunyu yang harus ditempuh melalui angkutan air.
"Padahal tempat kerja kami itu di Pulau Bunyu, dari Tarakan harus naik speedboat lagi kira-kira 1 jam. Tapi kalau berangkat pagi dari Balikpapan, kemungkinan sulit dapat speedboat ke sana," ungkapnya.
Kondisi ini memaksa mereka menginap satu hari di Balikpapan. Kejadian tersebut juga membuat Pandu menghubungi pimpinannya guna meminta izin karena terlambat masuk kerja terkait masalah pada jadwal pesawat penerbangan.
Selanjutnya mereka dijanjikan berangkat ke Tarakan, Senin (6/7/2015) pukul 13.00 Wita menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 662.
Manajemen Garuda Balikpapan cukup bertanggung jawab terhadap para penumpang yang terlambat berangkat. Garuda menyediakan penginapan. Untuk itu, pihak manajemen pun berusaha memberikan pelayanan ekstra kepada penumpang dari tujuh penerbangan yang mundur dari jadwal seharusnya.
Station Manager Garuda Indonesia Balikpapan, Wahyu Eko menjelaskan para penumpang telah teratasi. Untuk penumpang yang terlambat berangkat sekitar tiga jam, manajemen Garuda memberikan kompensasi berupa makanan yang diberikan kepada penumpang.
"Sesuai dengan Peraturan Menteri perhubungan Nomor 89, kami berikan kompensasi yang sesuai. Delay satu jam kami akan berikan snack, delay tiga jam akan kami berikan makanan. Lalu delay empat jam kami akan beri kompensasi per orang sebesar Rp 300 ribu," ujar Wahyu.
Dari hasil penuturan Wahyu, manajemen Garuda berusaha kembali mencatat para penumpang yang tertunda dan memberikan kompensasi berupa makanan untuk para penumpang.
Bahkan staf Garuda yang mendapatkan giliran berupa shift pagi pun mau tidak mau harus membantu untuk mendata para penumpang.
"Agar permasalahan ini cepat selesai, jadi shift pagi diikutkan sesuai dengan press hour selama 12 jam bertugas. Sebelumnya jam kerja mereka biasanya sekitar delapan jam perhari," ucapnya.