TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - "Gus, kok lama Gus?" tanya Margriet mendekati Agus yang sedang mencangkul sebuah liang.
"Sudah bu, sudah selesai." Jawab Agus.
Begitu komunikasi antara Agus Tay Hamba May dan majikannya, Margriet Ch Megawe, dalam sebuah rekonstruksi sebelum Engeline (8) yang sudah meninggal dikuburkan di sebuah liang di belakang rumah.
Komunikasi itu diceritakan pengacara Haposan Sihombing saat mendampingi kliennya, Agus, menjalani rekonstruksi Senin (6/7/2015). Jasad Engeline dilipat lalu diikat sebelum dibungkus untuk dikuburkan.
Saat mengangkat jenazah Engeline menuju liang yang sudah disiapkan atas perintah Margriet, Agus sempat terjatuh.
Sementara Margriet sudah terlebih dahulu berada di lokasi liang untuk mengubur.
Jasad Engeline yang diletakkan Agus sempat diubah posisinya oleh Margriet.
Setelah itu Agus diperintahkan untuk mengubur Engeline. Margriet tak ikut dalam rekonstruksi tersebut karena menolak dan posisinya digantikan penyidik.
Liang untuk mengubur jasad Engeline, kata Haposan, ditutupi bambu, baru di atasnya diletakkan keranjang.
Liang itu persis di depan kandang ayam. Saat itu, liang dalam kondisi basah padahal tidak sedang musim hujan.
Haposan enggan berspekulasi apakah basahnya liang untuk mengubur jenazah Engeline untuk mengaburkan bau busuk atau tidak.
Haposan menduga yang menyiram liang tersebut adalah orang yang tinggal di rumah itu.
Sundut Rokok
Margriet Christina Megawe (60) memilih menginjak tubuh Engeline, anak angkatnya berusia delapan tahun, untuk memastikan sudah meninggal atau belum.