“Kalau tidak ada daging disuapin susah, hitungannya untuk konsumsi lebih berat karena butuh macam-macam dan lebih banyak,” terangnya.
Karena tidak bisa bermobilisasi, anak kedua dan ketiganya hanya bisa terbaring di atas selembar tikar di lantai tiap harinya. Sedangkan anak pertamanya, Eko menurutnya paling aktif bergerak meskipun hanya bisa ngesot di tanah.
Saat wartawan Tribun Jogja, menemui Eko, Ia tengah ngesot di gang yang tidak jauh dari rumahnya.
“Yang besar itu sukanya memang main ke luar, bahkan sampai sore kalau tidak saya jemput belum pulang,” ungkapnya.
Setelah aktivitas sehari-harinya usai, untuk tidur pun Sandiman harus menemani ketiga anaknya sekaligus. Namun mereka tidak bisa tidur di atas kasur melainkan di atas tikar yang digelar di lantai. Karena kondisi anaknya yang bisa tiap saat buang air kecil maupun besar saat tidur, Sandiman merasa kerepotan jika mereka tidur di atas kasur.
“Kalau pakai kasur malah repot, nanti kalau ada yang ngompol repot harus menjemur,” ujarnya.
Karena harus mengurus ketiga anaknya tiap saat, Sandiman mengaku terpaksa tidak bisa bersosialisasi ke luar rumah. Pasalnya, Ia harus siap merawat dan melayani kebutuhan anak-anaknya setiap saat.
“Tidak pernah bisa keluar, kalau salat Jumatan baru bisa berangkat sebentar,” katanya. (*)