News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Unisma Nobatkan Jusuf Kalla Sebagai Tokoh Perdamaian

Editor: Wahid Nurdin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SAMBUT WAPRES - Sejumlah massa aksi dari Front Mahasiswa Malang Raya menggelar aksi mengkritisi pemerintah Jokowi-Jusif Kalla di Jalan MT Haryono, Kota Malang, Jumat (30/10/2015). Aksi ini untuk menyambut kedatangan Wakil Presiden (Wapres) yang rencananyanakan datang di Unisma Malang.

TRIBUNNEWS.COM, MALANG  -  Universitas Islam Malang (Unisma) menobatkan Wakil Presiden RI M Jusuf Kalla sebagai tokoh perdamaian, Sabtu (31/10/2015).

Jusuf Kalla menerima hadiah lukisan karikatur yang diserahkan Rektor Unisma, Prof Dr Masykuri Bakri, sebagai tokoh perdamaian.

Rektor Unisma, Prof Dr Masykuri Bakri menyatakan Jusuf Kalla pantas dinobatkan sebagai tokoh perdamaian.

Selama ini, Jusuf Kalla dianggap sebagai tokoh yang menginisiasi perdamaian di Aceh, Ambon, Poso, dan bahkan beberapa wilayah di luar negeri.

"Pak JK berhasil mendamaikan konflik di beberapa wilayah di Indonesia bahkan luar negeri. Untuk itu kami (Unisma) menobatkan beliau (JK) sebagai tokoh perdamaian," kata Masykuri, usai peresmian empat gedung baru di Unisma yang dihadiri Wapres Jusuf Kalla.

Selain itu, kata Masykuri, Wapres Jusuf Kalla juga menjadi warga kehormatan di Unisma.

Rencananya, salah satu gedung kewirausahaan di kampus Unisma akan diberi nama gedung Jusuf Kalla.

"Dengan begitu kami berharap, Pak Jusuf Kalla bisa menjadi motivasi bagi mahasiswa Unisma untuk berwirausaha," ujarnya.

Jusuf Kalla mengaku terhormat namanya diabadikan untuk nama gedung kewirausahaan di kampus Unisma. Ia berharap agar Unisma mampu menciptakan wirausahawan handal untuk kemajuan ekonomi bangsa. Saat ini, katanya, tak banyak wirausahawan muslim.

"Saya berharap mahasiswa Unisma semakin berkembang dengan bertambahnya gedung dan fasilitas. Sehingga akan menciptakan sumber daya manusia yang handal termasuk di bidang wirausaha," katanya.

Ia menambahkan konflik yang terjadi di Indonesia dipicu masalah kemiskinan. Akibatnya, muncul paham radikalisme yang terjadi di sejumlah daerah.

"Perlu keseimbangan dalam kehidupan dan pemerintah menjamin keadilan," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini