Tidak hanya Rhiesky, dua saudaranya yang berniat mendonorkan ginjal pada akhirnya ditolak oleh Darwin.
"Papa waktu itu tidak mau. Sudah didesak tetap tidak mau," tambah dia.
Selama tiga tahun Rhieksy dan kedua kakaknya terus membujuk ayahnya agar mau menerima donor ginjal, sampai akhirnya hatinya luluh dan Darwin bersedia menerima ginjal anaknya.
Rasa takut tetap membayangi Rhiesky setelah kembali berkumpul bersama orangtuanya usai lulus sekolah menengah atas, sehingga ia tak bisa jauh dan tak pernah lupa mengontrol kondisi ayahnya.
"Pernah lihat papa diam saja, tidak bergerak, saya langsung takut. Pikiran saya sudah tidak keruan," cerita dia.
Perasaan-perasaan seperti belakangan membuat Rhiesky semakin mantap untuk mendonorkan ginjal miliknya, bahkan untuk meyakinkan ayahnya, mereka berdua sempat mengikuti seminar transplantasi ginjal.
"Orang yang punya satu ginjal tetap akan hidup seperti biasa. Orang yang mendapatkan donor ginjal juga akan hidup seperti biasa lagi. Jadi kenapa tidak mau mendonorkan, jika sama-sama baik," Rhiesky mencoba membesarkan hatinya.
Menurut dia, tidak ada perubahan pada dirinya sejak memutuskan untuk menjadi pendonor ginjal dan semua aktivitas ia lakukan seperti biasa, termasuk tak terlalu memikirkan bagaimana hidup berikutnya.
"Itu tadi, saya senang mendonorkan ginjal saya untuk papa. Jadi tidak ada yang dikhawatirkan," ungkap dia.