Tak jarang saat mereka berburu, barang-barang tersebut dalam kondisi rusak dan tak layak pakai. Mereka menyulap barang-barang rusak menjadi barang yang cantik, dan tetap fungsional.
Pengalamannya berburu di kota-kota sekitar pulau Jawa, membuat mereka menjalin hubungan dengan para hunter, atau sebutan mereka untuk pengepul barang-barang kuno atau antik.
Para hunter tersebut tersebar di beberapa kota seperti Yogyakarta, Klaten, Solo, Madiun, Semarang, Ponorogo, Malang dan beberapa kota besar lainnya.
"Hunter ini sudah paham karakter barang sesuai selera kita. Mereka mengumpulkan barang, kalau ada barang yang kita suka, kita ambil untuk diperbaiki dan dijual kembali," jelas Ayu.
Para hunter ini akan datang ke rumah-rumah ataupun toko-toko yang memiliki barang atau furnitur antik tak terpakai.
Para hunter ini, lanjut Ayu, memiliki kemampuan untuk merayu para pemilik barang untuk menjual barang mereka.
Kemampuan merayu ditambah kepekaan pada jenis barang antik itulah yang tak banyak dimiliki orang-orang.
Kendati demikian, pasangan lulusan Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini tak jarang bepergian sendiri ke luar kota untuk sekedar berburu barang antik.
Aldo menceritakan pengalamannya yang pernah dikira pencuri karana mengintip di halaman rumah orang.
"Saya dikira maling. Saat itu di jalan saya naksir kursi yang terpajang di depan rumah."
"Saya intip, malah dikira maling. Soalnya kita juga datang dengan mengendarai mobil jenis pick up," cerita Aldo disambung tawanya.
Ayu menambahkan, ada keseruan pergi ke luar kota dan menyambangi para pengepul atau hunter.
"Serunya ke pengepul bikin kita pengen belanja terus. Kita selalu berharap ketemu barang yang belum kami temui sebelumnya," papar Ayu.
Kini, dibantu dengan media sosial seperti Instagram bernama Temu Kangen dan situs pribadi www.temukangenvintage.com, pasaran pembeli mereka tak hanya berasal dari dalam negeri saja.