Langganan mereka adalah Brunei Darusalam, Malaysia, Singapura, Jepang, hingga beberapa bagian negara di Australia.
Aldo menimpali, dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar barang antik, kini banyak kompetitor yang bermunculan.
Akan tetapi itu tidak menciutkan nyali mereka dan justru membuat mereka semakin bersemangat dalam berbisnis.
"Ketika banyak kompetitor, apalagi ada yang ngikutin gaya kita, maka kita harus mencari inovasi lain, dan ini menuntut kita untuk kreatif. Yang membadakan adalah selera dan kualitas barang yang kita tawarkan," jelasnya.
Kini Temu Kangen sudah memperkerjakan setidaknya 20 orang pegawai yang bertugas untuk memperbaiki barang-barang yang rusak.
Baik perbaikan dari materi kayu, besi hingga elektronik.
Sedangkan rentan harga yang ditawarkan oleh mereka cukup beragam.
Dengan uang puluhan ribu, pembeli dapat membawa pulang hiasan yang terbuat dari keramik, cangkir, atau lampu-lampu antik.
Sedangkan harga satu set furnitur gaya jengki andalan mereka dijual jutaan hingga belasan juta. (tribunjogja.com)