News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Warga SAD Berjalan Kaki ke Luar Jambi, Pindah Tempat Tinggal?

Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Wahid Nurdin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi.Suku Anak Dalam di Jambi

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI  -  Puluhan warga Suku Anak Dalam (SAD) asal Jambi berjalan kaki ke Kabupaten Agam, Sumatra Barat.

Puluhan warga SAD atau yang juga akrab disebut orang rimba ini terpantau oleh warga berjalan kaki dari kabupaten Tebo menuju kabupaten Agam yang berbatasan dengan provinsi Jambi.

Menurut informasi yang di himpun Tribun, puluhan warga SAD yang terdiri dari laki-laki dewasa, perempun dan anak-anak ini melakukan perjalanan sambil meminta-minta di jalan sejak dua hari lalu.

Belum diketahui alasan pasti keberangkatan warga SAD ke Kabupaten Agam.

Namun, menurut Reni, Humas Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi ada beberapa faktor yang menyebabkan warga SAD melakukan perjalanan ke luar provinsi Jambi.

1. Melangun

Menurut Reni, Humas KKI Warsi, melangun atau hidup berpindah tempat dari satu hutan ke hutan lain memang sudah menjadi tradisi bagi warga SAD.

Melangun dilakukan jika ada anggota kelompok SAD yang meninggal atau untuk mencari sumber makanan yang lebih melimpah di hutan.

Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini, sejumlah kelompok SAD kerap melangun hingga ke luar provinsi Jambi.

"Kita belum dapat informasi dari kelompok mana yang melangun ke Agam. Tapi memang dalam beberapa tahun terakhir mereka sering ke hutan di kabupaten Agam hingga ke Riau," kata Reni, Sabtu (5/3/2016).

Melangun sejauh ini sudah menjadi tradisi dari peninggalan leluhur SAD. Biasanya mereka akan kembali berpindah jika sudah dapat melupakan anggota kelompok mereka yang meninggal.

 2. Tak ada lagi hutan primer
Menurut Reni, Humas KKI Warsi Jambi, dalam beberapa tahun terakhir warga SAD kerap melakukan perjalanan dan tinggal untuk sementara waktu di kabupaten Agam hingga ke provinsi Riau.

Hal ini dikarenakan kondisi hutan primer di Jambi yang selama ini menjadi tempat tinggal warga SAD sudah tak lagi tersedia.

Hutan adat yang selama ini menjadi tempat tinggal, dan tempat hewan buruan berada rusak. Sehingga tak ada lagi potensi hewan buruan dan tanaman hutan yang menjadi sumber penghidupan.

Kondisi ini lah yang memaksa SAD mencari tempat tinggal baru yang lebih menjanjikan untuk bisa bertahan hidup.

Bahkan, untuk melakukan perjalanan yang cukup jauh ini, warga SAD kerap terlihat meminta-minta di jalan untuk kebutuhan makan selama dalam perjalanan.

"Kita tahu kerusakan hutan di jambi terjafi secara masif. Bahkan hutan adat pun kini sudah beralih menjadi HTI. Mereka bisa apa kecuali mencari tempat lain,"katanya.

"Kebanyakan masyarakat sudah tahu, bahkan ada yang karna kasihan dalam perjalanan mereka di kasi uang oleh pengguna jalan,"kata Reni.

3. Konflik
Tak dipungkiri dalam tiga bulan terakhir, di Jambi terjadi konflik yang melibatkan antara warga desa dengan SAD.

Untuk kondisi ini juga bisa menjadi pemicu sehingga mereka melakukan perjalanan keluar provinsi jambi san mencari tempat penghidupan di hutan yang lebih menjanjikan.

"Bisa jadi karna konflik, tapi belum bisa kita pastikan apakah yang berangkat ini kelompok yang berkonflik kemarin atau bukan," kata Reni.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini