TRIBUNNWS.COM, BANYUWANGI - Kerja keras Tim SAR tenggelamnya KMP Rafelia II membuahkan hasil.
Sebanyak 4 korban hilang telah ditemukan, Sabtu (5/3/2016), yakni Nakhoda Bambang Surya Adi, penumpang bernama Ny Masruroh dan anaknya, M Ramlan (18 bulan), serta Agus Tia.
Jenazah Ny Masruroh ditemukan dalam kondisi menggendong anaknya. Perempuan asal Olehsari, Glagah, Banyuwangi ditemukan penyelam tradisional yang ikut melakukan pencarian di Selat Bali, sekitar pukul 10.20 WIB.
Berawal ketika pada pukul 10.00 WIB, penyelam dari tim SAR menemukan satu korban pertama.
Penyelam yang terdiri dari personel TNI AL, Basarnas, dan nelayan tradisional tersebut mengangkat korban berjenis kelamin laki-laki yang mengenakan celana pendek hitam, kaus abu-abu, dan berambut cepak.
Korban dikenali sebagai Agus Tia, asal Karawang, seperti dibenarkan rekan sesama sopir yang turut dalam penyeberangan tersebut.
Dari ciri-ciri tersebut, seorang korban selamat, Jajang, asal Jawa Barat, mengaku ciri-ciri tersebut identik dengan temannya sesama sopir yang bernama Agus Tia atau dikenal dengan Mang Tia dari Karawang.
"Itu mirip dengan teman saya, Mang Tia. Kami rombongan nyopir tronton," akunya saat ditemui di ruang jenazah RSUD Blambangan, Banyuwangi, Sabtu.
Selang 20 menit kemudian tim menemukan korban ibu dan anak, Ny Masroruh serta anaknya, M Ramlan.
Satu jam kemudian kembali ditemukan korban yang diangkat dari kapal. Korban berjenis kelamin laki-laki ini nakhoda kapal, Bambang Surya Adi yang saat itu mengenakan baju merah dan celana jins.
Direktur Operasi dan Latihan Basarnas Brigjen (Mar) Ivan Ahmad mengatakan semua mayat tersebut ditemukan di dalam ruang kapal.
"Para penyelam sampai harus memecahkan kaca dek untuk mengambil jenazah. Semua di bagian dek atas kapal," ujar Ivan.
Posisi kapal saat ini, lanjut Ivan, berada di kedalaman sekitar 30 hingga 40 meter.
"Cuaca dan kondisi arus sangat bersahabat. Memudahkan para penyelam untuk mengevakuasi korban," ujar Ivan.
Dengan ditemukannya 4 korban tewas, untuk sementara tinggal seorang korban lagi yang belum terlacak.
"Basarnas akan terus melakukan pencarian sesuai SOP. Meski nantinya sudah 5 mayat ditemukan, kami akan terus melakukan penyisiran hingga 6 hari depan," ujar Ivan.
Kapal Motor Penumpang (KMP) Rafelia II tenggelam di Selat Bali Jumat (4/3/2016) siang. Kapal tersebut membawa 81 orang dan sejumlah kendaraan bermotor.
KNKT investigasi
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tiba di Banyuwangi, Sabtu, langsung memaparkan langkah-langkah penyelidikan saat koordinasi bersama pemangku kepentingan terkait di kantor PT Angkutan Sungai, Danau, dan Perariran (ASDP) Pelabuham Ketapang.
Dipimpin oleh Kapten Aldrian Dalimunte, KNKT menugaskan 5 orang yang terlibat dalam penyelidikan tenggelamnya kapal KMP Rafelia II.
"Kami langsung berkoordinasi dengan pihak syahbandar. Kami segera akan lakukan penyelidikan penyebab kecelakaan ini," jelas Aldrian yang juga sebagai Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Pelayaran KNKT.
Hari pertama investigasi ini, akan dilakukan wawancara mendalam dengan penumpang kapal. Usai koordinasi, tim langsung menuju rumah sakit tempat korban dirawat.
"Ini prioritas kami dulu, mencegah korban pulang duluan. Setelah yang di rumah sakit, baru kita ke penumpang lainnya," jelasnya.
Setelah wawancara intens dengan korban, KNKT baru akan melakukan pengumpulan dokumen-dokumen terkait kapal.
"Sesegera mungkin kita buatkan rekomendasi, dan segera kami laporkan," ujar Aldrian.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengapresiasi langkah cepat yang dilakukan KNKT.
"Kami berterima kasih, semua pihak segera merespons tragedi ini secara sangat cepat. Bahu-membahu semuanya, tidak saling menyalahkan. Basarnas bahkan mengerahkan sekitar 200 personelnya, nelayan setempat juga turun membantu pencarian korban," ujar Anas.
Bupati Anas ikut menenangkan keluarga korban, di antaranya adalah ibunda korban Puji, Mualim I KMP Rafelia II.
Anas juga mendatangi RSUD Blambangan untuk melihat jenazah korban yang baru ditemukan. Termasuk menengok Agus Wahyudi, korban yang akan dioperasi karena patah tulang di bagian kaki.
"Saya sudah sampaikan ke asuransi, mohon proses pencairan klaim jangan dipersulit," tegas Anas. (surya/nik/humas)