“Saat itu ada bunyi jeder, tiba-tiba saya merasakan sakit dan saya jatuh. Saya sempat minta betadine di apotek terdekat. Kejadiannya malam sehabis saya pulang kerja,” ujar Rini kepada Tribun Jogja, Kamis (21/4/2016).
Rini menjelaskan, kejadian tersebut dialaminya pada Senin (18/4/2016). Kala itu, dia sedang berjalan kaki menuju kampungnya di Samban. Dia juga tidak mengetahui sang penembak misterius ini.
Hanya saja, usai ditembak, dia sempat melihat seorang bapak keluar dari mobil minibus warna hitam.
“Saya belum lapor polisi meski saya masih trauma. Selain itu, kaki saya masih sering terasa nyeri,” katanya.
Peluru Runcing
Tak hanya dialami Rini, Maya Sulitiana (20), karyawan Toko buku Jaya juga mengalami hal tersebut. Warga Transan, Bandongan, Kabupaten Magelang itu, justru ditembak saat awal bulan.
Saat itu, dia juga usai menutup tokonya, kemudian berjalan untuk pulang, tiba-tiba merasakan sakit di tangan kanannya.
“Tangan saya itu berdarah. Dan hingga kini masih ada bekasnya. Saya juga belum melapor ke Polisi,” katanya, sembari menunjukkan bekas luka di tangannya.
Anehnya, setelah kejadian itu, ditemukan peluru bentuknya runcing di trotoar jalan. Peluru tersebut, saat ini masih disimpan oleh bosnya.
Beberapa hari kemudian, temannya Retnowati, (19) juga ditembak saat akan pulang pada malam hari setelah tutup toko.
“Dia terkena di bagian paha sebelah kanan. Celana jeans yang dipakainya berlubang dan sobek, sementara pahanya mengeluarkan darah dan sempat dibawa ke Rumah Sakit,” paparnya.
Sementara, Khotimah (20), warga Kalijambe, Purworejo yang menjadi karyawan Atlanta.
Juga terkena tembakan di paha kanan pada Sabtu (16/4/2016), sekitar pukul 21.00. Dia merasakan nyeri di bagian pahanya. (*)