"Kalau ditanya yah saya minta Rp 12 ribu, cuma kebanyakan tidak nanya, ngasih saja, Rp 15 ribu ada juga Rp 20 ribu," ujarnya.
Pelanggannya pun dari berbagai kalangan dan kebangsaan, mulai dari orang Bogor asli, sampai turis mancanegara.
"Ada yang dari Belanda, kalau tugas ke Indonesia, pasti datang ke sini," katanya.
Gunting kodok, serta pisau lipat yang digunakan menjadi alasan bagi para pelanggannya untuk kembali datang ke salon sederhana ini.
"Kalau pakai alat yang setrum itu kan kadang suka mati listrik, kalau nyukurnya baru setengah kan jadi jelek juga," kata Mansur.
Mansur mulai bekerja pukul 07.30 WIB setiap harinya, selesai pukul 16.00 WIB.
Tribunnewsbogor.com/Ardhi Sanjaya
Walau menggunakan alat sederhana, namun Mansur menegaskan bahwa dirinya bisa menata gaya rambut seperti gaya masa kini.
"Asal bilang saja mau modelnya seperti apa, banyak juga anak muda yang minta dicukur cepak kaya yang model-model sekarang," katanya.
Penghasilannya memang tidak melimpah, tapi setidaknya, delapan anak Mansur bisa sekolah hingga ke tinggat SMA.
"Sekarang sudah pada kerja, yah cukup buat kehidupan sehari-hari," ujar Mansur.