Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR SELATAN - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Agus Rahardjo, merasa 'dicubit' oleh Bripka Seladi.
Melihat kondisi seorang anggota Polisi dari Polres Malang Kota, Bripka Seladi yang menjadi tukang sampah disela pekerjaannya, Agus merasa menyesal.
"Tiga atau empat hari lalu ada semacam cubitan untuk kami, ingat Bripka Seladi? Mungkin dirinya patut menjadi pedoman bagi kita," kata Agus Rahardjo saat memberikan sambutan di Pelatihan Bersama Peningkatan Kapasitas Penegak Hukum dalam Penanganan Tindak Pidana Korupsi Wilayah Hukum Provinsi DKI Jakarta, di Hotel Aston, Bogor Selatan, Kota Bogor, Senin (23/5/2016).
Gambaran profil dari Bripka Seladi menurutnya, sebagai bentuk seorang pimpinan yang belum bisa mensejahterakan anak buahnya.
"Jadi penyesalan juga, kenapa sebagai pimpinan tidak bisa mensejahterakan," katanya.
Dengan adanya 'cubitan' ini, Agus berupaya untuk mengusulkan kepada Presiden soal kenaikan pendapatan.
Lewat pelatihan yang berlangsung selama lima hari ini, dia berharap bisa meningkatkan integritas dari anggota KPK, Polisi, Kejaksaan, BPK, dan PPATK.
"Tapi bagaimana integritas ini ditingkatkan bila masih memikirkan kewajiban, kewajiban sebagai kepala rumah tangga, membesarkan anak dan sebagainya," katanya.
Sementara itu, terkait kondisi Bripka Seladi, Kepolisian RI diharapkan lebih memperhatikan dan mengapresiasi kinerja polisi teladan dengan bertindak jujur dalam melaksanakan tugasnya.
Bripka Seladi menjadi salah satu contoh bahwa ada polisi teladan yang lebih memilih menjadi pemulung daripada menerima suap saat bertugas.
Pendidikan kepada seluruh personel Polri harus merata dan memperhatikan pula aspek integritas.
Dengan cara itu, diharapkan apa pun pangkatnya, seorang anggota Polri bisa meningkatkan jenjang karir dan juga kesejahteraannya.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane.
"Ketika ada peluang pendidikan, mereka harusnya prioritas bukan orang-orang yang cari muka, yang nyuap yang ikut pendidikan," kata Neta, Kamis (19/5/2016).
Neta mengatakan, polisi jujur yang mencari uang tambahan dengan cara halal cukup banyak ditemui di daerah.
Namun, selama ini mereka tidak pernah mendapat perhatian dari kesatuannya.
Dia mencontohkan polisi teladan di daerah Depok yang tak mendapat apresiasi dari Polri.
Polisi itu tetap tegas menilang siapa saja yang melanggar aturan lalu lintas, termasuk sang istri.
Namun, hingga kini ia tak kunjung lulus untuk mengikuti pendidikan kepolisian.
"Dia itu selesai masa dinas jadi guru di perbatasan Depok dengan Bogor. Padahal, kalau kita lihat, selain jadi guru juga ngajar di universitas swasta. Artinya, secara kualitas dia sebenarnya mumpuni," ucap Neta.
Menurut dia, sudah saatnya setiap atasan di Polri memperjuangkan polisi teladan.
Mereka diharapkan bisa menjadi contoh lahirnya polisi-polisi jujur.
Sebelumnya, Bripka Seladi, anggota polisi di Polres Malang Kota menyambi pekerjaan menjadi pengumpul sampah demi mendapat uang tambahan.
Selain bisa mendapatkan uang halal dari pekerjaan keduanya, pria berusia 57 tahun ini juga membantu dalam menciptakan kebersihan lingkungan.
Bripka Saladi memiliki sebuah gudang sampah di Jalan Dr Wahidin, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Gudang tersebut tidak terlalu jauh masih berada di jalan yang sama dengan kantor tempat ia berdinas.
Ketika berdinas menjadi polisi, ia bertugas di Urusan SIM Kantor Satuan Penyelenggara Administrasi (Satpas) Polres Malang Kota yang berada di Jalan Dr Wahidin.