TRIBUNNEWS.COM, BREBES - Adakah di dunia ini yang bisa menggantikan kebahagiaan bertemu handai taulan di kampung halaman saat Lebaran?
Tidak ada. Marto menjawabnya dengan tekad kuat menembus panas langit Jakarta, Palimanan, dan Brebes, usai shalat subuh tepat pukul 03.00 WIB, Sabtu (2/7/2016).
Marto yang sehari-hari menjadi pengemudi bajaj di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, membawa serta istri dan kedua anaknya.
Mungil dan ringkasnya bajaj, memungkinkan Marto meliuk-liuk menyusuri belantara kendaraan yang memadati jalur bebas hambatan.
Mereka menempuh perjalanan sepanjang 279 kilometer dari Jakarta menuju Brebes, tempat asalnya, dengan waktu tempuh nyaris 12 jam.
Selama waktu itu pula, kisah Marto, dia hanya dua kali berhenti untuk mengisi bahan bakar pertamax tangki penuh.
"Lebih irit. Saya hanya keluar Rp 60.000," sebut Marto kepada Tim Merapah Trans Jawa Kompas.com, Sabtu (2/7/2016).
Marto mengaku tiap tahun melakukan ritual mudik dua atau tiga hari menjelang Lebaran.
Seraya tersenyum, dia menjawab, "Asyik-asyik aja mudik pake bajaj. Kalau capek ya istirahat. Dibawa santai. Saya bawa oleh-oleh juga buat keluarga di Brebes," kata dia.
Marto hanyalah satu dari 18 juta pemudik lainnya yang merindukan kehadiran keluarga.
Demi merawat silaturahmi tetap terjalin erat, dan sekaligus menyambung kembali koneksi dengan kerabat.
Karena itulah, para pemudik terlihat bersuka cita membawa asa meski harus bermacet ria, berpeluh debu, panas, dan berjuang mendapatkan ruang di jalanan kota-kota yang dilintasi.