Artefak itu pun memiliki karakter yang berbeda dari artefak yang pernah ditemukan sebelumnya.
“Kalau di tempat lain itu ada punden berundak atau arca. Ini bukan arca dan punden, tapi simbol atau penanda, bahasa gampanya nisan. Setiap satu batu itu dimiliki satu individu,” kata Ali kepada Tribun melalui sambungan telepon, Minggu (10/7/2016).
Ali mengatakan, artefak tersebut terdiri atas beberapa ukuran. Secara rerata artefak itu memiliki tinggi sekitar satu meter.
Menariknya, kata dia, artefak tersebut memiliki tiga bagian, yakni kepala, badan, dan kaki.
Adapun kakinya berfungsi untuk menancap ke permukaan tanah yang kedalamannya mencapai 30 -40 sentimeter.
“Jadi artefak ini ditancap dan menghadap kelaut. Jadi jajaran bidak-bidak itu di pasang di pinggir di lereng bukit dan bisa dilihat dari laut,” kata Ali.
Ali meyakini, jumlah artefak menyerupai nisan itu berjumlah ratusan di lokasi yang sama.
Menurutnya, masih banyak artefak yang menyerupai bidak catur itu terpendam di dalam tanah.
Adapun sebagian yang terliaht itu terbongkar setelah terjadi longsor beberapa waktu lalu.
“Jadi kami melakukan penelitian itu setelah ada informasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sukabumi. Jadi kami memang sudah koordinasi dan mereka minta diteliti. Nanti kami juga akan sampaikan laporan hasil penelusuran ini,” ujar Ali. (cis)