News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Hidup Imanuel Nuhan: Penerjun Payung Pertama Indonesia Jadi Pahlawan Desa Sambi

Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komandan Wing II Paskhas Kol Pas Ari Ismanto dan Komandan Yonko 466 Paskhas Letkol Pas Wendy Bachtiar bergantian menggendong Imanuel Nuhan, satu dari 13 pelaku sejarah yang pertama kali terjun payung. Imanuel dijemput dari Bandar Udara Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, tujuan Selasa (23/8/2016).

Permintaan disambut baik AURI yang membentuk Tim terdiri dari 13 prajurit pejuang dan menunjuk Mayor Udara Tjilik Riwoet sebagai putra daerah Kalimantan untuk menyiapkan prajurit dalam misi itu.

Tepat pukul 07.00 WIB, 17 Oktober 1947, pesawat C-47 Dakota RI-002 yang dipiloti Bob Freeberg dan kopilot Opsir Udara III Suhodo, serta jump master Opsir Muda Udara III Amir Hamzah, menerjunkan 13 prajurit pejuang di daerah Sambi, Kotawaringin Barat.

"Pada saat penerjunan semua anggota selamat, namun saat istirahat di pondok tak jauh dari lokasi pendaratan, mereka dikepung pasukan Belanda dan terjadi kontak senjata hingga menyebabkan tiga orang pejuang tewas," cerita Hernison menggantikan sang ayah yang tak kuat lagi berbicara.

Saat pengepungan oleh pasukan Belanda itu, beberapa orang sempat kabur termasuk Imanuel, namun pada akhirnya tertangkap. Ia menjadi orang terakhir yang diringkus.

Mereka yang tertangkap kemudian dipenjarakan Belanda di Nusakambangan. Namun setelah melalui berbagai Perundingan, seluruh tahanan akhirnya dibebaskan.

"Setelah bebas bapak ditugaskan di beberapa tempat termasuk pernah di Kebun Binatang Wonokromo. Setelah Pak Tjilik jadi gubernur, ia ditarik jadi kabiro humas sampai akhirnya pensiun pada tahun 1980," cerita dia.

Imanuel menghabiskan masa tuanya di Palngkaraya bersama anak-anaknya. Imanuel memiliki 11 anak dari dua istri. Istri pertama telah meninggal dikaruniai 8 anak, sementara istri kedua memiliki tiga anak.

Di masa tuanya itu, Imanuel terkadang meminta kepada anak-anaknya agar dibawa ke Desa Sambi, tempatnya mendarat dulu. Ia ingin menemui warga desa.

"Beliau selalu ingin ke Sambi tapi kami anak-anaknya tak mengizinkan karena kondisinya yang sudah tidak memungkinkan. Bapak ingin agar masyarakat Kalteng tahu bahwa pejuang yang pernah mendarat di Sambi masih hidup," tutur Hernison.

Imanuel juga selalu berharap agar pemerintah bisa lebih memperhatikan sejarah yang melekat di kota Sambi.

"Pemerintah harus melestarikan dan mengembangkan Desa Sambi, karena jika desa berkembang, sejarah juga akan terus dikenang," pinta Imanuel melalui putranya.

Penerjunan 13 pasukan tersebut kemudian dikukuhkan 20 tahun kemudian, dengan keputusan Men/Pangau nomor 54 tahun 1967 tanggal 12 Oktober 1967 bahwa tanggal 17 Oktober 1947 sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang sekarang dikenal dengan nama Korps Pasukan Khas Angkatan Udara (Korpaskhasau).

Imanuel kini menjadi pahlawan bagi warga Desa Sambi. Di desa yang letaknya jauh di pedalaman Kalimantan Tengah ini, berdiri sebuah patung penerjun sebagai simbol bahwa ditempat itu pernah dijadikan lokasi pendaratan penerjun payung pertama Indonesia.

Imanuel juga dielukan warga, terlihat saat rombongan Wing II Paskhas bersamanya menggelar napak tilas di Desa Sambi. Ratusan warga berbondong-bondong mendatangi lokasi dan menyalami pahlawannya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini