Ansori makin kebingungan, karena sekitar pukul 01.30 WIB, atau pada Rabu (24/8/2016), Kasrin menelepon bahwa dirinya sudah akan berangkat ke Mekah.
Tepatnya, Kasrin mengatakan sudah naik pesawat. Dia juga menceritakan jika duduk bersama empat orang jamaah calon haji lainnya.
”Gimana tidak bingung. Dia menelepon dan bilang ada di dalam pesawat. Padahal, setahu saya kalau di dalam pesawat, semua telepon kan harus dimatikan."
"Tapi dari suara-suara di pesawat, terdengar ada pramugari yang menawarkan makanan, memakaikan sabuk pengaman. Terdengar jelas,” terangnya.
Keanehan makin menjadi-jadi. Dua hari usai keberangkatan, Kasrin mengatakan sudah ada di Mekah.
Bahkan, Kasrin menelepon dirinya dan mengatakan akan pulang sebentar. Dirinya akan pulang sebentar, karena ada keluarga yang menginginkan dirinya pulang.
”Dia bilang ke saya, tunggu di jalan Lasem. Pas harinya saya tunggu. Eh, benar. Pakde saya itu datang membawa kardus besar."
"Isinya teko, cangkir, dan perabotan rumah tangga khas Timur Tengah. Yang biasa dibawa oleh-oleh haji pokoknya. Habis itu, pakde saya hilang lagi,” jelasnya.
Ansori mengatakan dirinya heran kenapa semua proses yang dijalankan Kasrin berhaji, tidak seperti calon haji lainnya.
Bahkan, penggunaan telepon genggam untuk menghubungi keluarga di Indonesia, juga masih menggunakan nomor yang sama saat di Rembang.
”Saya juga pusing kalau mikirin pakde saya itu. Kemarin pakde masih menelepon, memberitahu kalau di rumah ada selamatan manaqiban."
"Doanya ditujukan untuk Pakde Kasrin, istrinya Jumiati, Indi yang selama ini menjadi langganan becaknya, dan Elsa serta Sutikno, orang tua dari Indi,” ujarnya. (*)