Gugup, Irine pun menjawab pertanyaan Kiai Abdhusshomad yang didampingi banyak orang ini.
"Saya sudah lima bulan di sini. Saya di sini ikut mondok dan belajar agama," jawab Irine.
"Apa tidak mau pulang,Mau menunggu apa disini," tanya Kiai Abdhusshomad lagi.
"Saya mau sekali kalau disuruh pulang. Ini juga sedang merencanakan pulang ke kampung Jombang," aku Irine.
"Kalau sudah pulang, jangan kembali lagi kesini ya," Kiai Abdhusshomad berpesan kepadanya.
Irine tidak menjawab pesan Kiai Abdhusshomad, cukup menganggukkan kepala sambil tersenyum.
Irine mengaku tidak merasa tertipu oleh Dimas Kanjeng. Sebab, selama ini belum pernah sekali pun menyerahkan uang mahar kepadanya.
"Saya tidak tertipu kok, soalnya niatnya mau mengaji. Uang mahar belum pernah saya kasih tapi kalau iuran untuk membayar listrik dan sebagainya sudah pernah saya berikan," terang dia.
Ia mengatakan uang iuran itu untuk membayar listrik dan membangun masjid. Nominalnya pun sangat bervariasi. Mulai dari Rp 200 ribu sampai Rp 500 ribu per bulan.
"Bagi saya tidak masalah, toh saya anggap itu untuk menyumbang pembangunna masjid. Anggap saja amal untuk menjauhkan saya dari malapetaka," papar Irine.