"Hingga kini, mereka masih percaya yang ditangkap itu bukan Kanjeng Dimas Taat Pribadi, melainkan orang lain," ucap Sakur.
Menurutnya, Makdum mengenal Taat Pribadi pada 2011. Dia sebelumya diajak oleh Danuri yang merupakan warga Desa Pulogading dan Muhadi asal Bangsri Kecamatan Bulakamba, Brebes.
"Namun, Bapak Danuri dan Muhadi sudah lama tidak ke padepokan lagi, terakhir pada 2013. Setelah itu, Makdum mengajak Fatimah dan Tosim ikut ke padepokan," paparnya.
Ia menambahkan, waktu penggerebekan di lokasi dan Taat Pribadi dicokok petugas kepolisian di padepokan, mereka juga ada di padepokan.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Desa Rancawulu, Edi Supriyadi. Ia mengatakan keluarga tersebut masih percaya Taat Pribadi punya kesaktian menjelma menjadi lebih dari satu orang.
"Mereka juga tidak percaya bahwa Kanjeng Dimas Taat Pribadi membunuh. Menurut mereka, lalat di tangan saja tidak ditabok, apalagi manusia," ucapnya, menirukan.
Menurutnya, keadaan pengikut Kanjeng Dimas tersebut, seperti halnya orang dicuci otak. Apapun kesalahan yang dilakukan taat Pribadi, mereka tidak percaya.
Padahal, keluarga tersebut sudah menjadi korban penipuan dengan cara tidak masuk akal.
Pihaknya dibantu TNI dan Polri juga sudah memberikan pengarahan dan nasihat bahwa yang dilakukannya itu salah dan diingatkan untuk segera bertobat.
"Bersyukur warga saya sudah pulang ke rumah. Kami juga terus memberikan mereka pengarahan agar tidak kembali lagi ke padepokan," ujarnya.