TRIBUNNEWS.COM, BREBES - Pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang berasal dari Kabupaten Brebes sudah tiba di rumahnya di Desa Rancawuluh, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jumat (7/10/2016).
Mereka adalah Tosim (26) dan Fatimah (28). Kakak beradik itu sempat menginap di tenda di sekitar Padepokan Dimas Kanjeng di RT 022 RW 008, Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Saat hendak ditemui di rumah mereka, keduanya enggan bertemu awak media.
Kepala Desa Rancawuluh, Edi Supriyadi mengatakan keduanya sudah pulang ke rumah pada Jumat.
"Benar, mereka sudah pulang pada Jumat," kata Edi, Sabtu (8/10/2016).
Berdasarkan cerita dari keduanya kepada Edi, mereka berangkat ke Probolinggo sehari sebelum penangkapan Taat Pribadi pada Kamis (24/9/2016) lalu di padepokannya.
"Jadi, sebelum penangkapan, mereka dipanggil ke sana (padepokan) oleh seorang pengikut Dimas Kanjeng. Katanya, uang yang disetorkan akan cair sehingga mereka harus bersiap-siap," kata Edi.
Menurutnya, ketika diketahui ada warga Desa Rancawuluh yang berada di padepokan, Edi langsung menelepon Tosim, memintanya agar segera pulang.
"Saya telepon Tosim agar segera pulang. Pihak Koramil dan Polsek pun sudah mengetahui ada warga saya yang tinggal di tenda," ucapnya.
Edi menduga keduanya merasa tertekan lantaran harus mengembalikan uang yang telah disetorkan oleh pengikut lain sebagai mahar ke padepokan Dimas Kanjeng.
Berdasarkan informasi dari Intel Kodim Brebes, tidak hanya Tosim dan Fatimah yang menjadi pengikut, namun juga ayah mereka, Makdum (52) dan anggota keluarga mereka telah menjadi pengikut sejak 2011.
Keluarga tersebut telah lama menjadi pengikut dan menjadi pengumpul uang setoran atau mahar yang kemudian diserahkan ke tangan kanan Taat Pribadi.
Tak Percaya Dimas Kanjeng Ditangkap
Pengikut Padepokan Kanjeng Dimas di Brebes belum mendapatkan uang yang dijanjikan. Meskipun demikian, mereka masih percaya bahwa yang ditangkap polisi pada September lalu, bukan Taat Pribadi yang merupakan pimpinan padepokan.
Anggota Intel Kodim 0713/Brebes, Sertu Sakur yang sempat mendatangi pengikut Dimas Kanjeng di Brebes mengatakan, kondisi keluarga tersebut masih depresi. Tidak mau ditemui siapapun yang tidak dikenal termasuk awak media.
"Hingga kini, mereka masih percaya yang ditangkap itu bukan Kanjeng Dimas Taat Pribadi, melainkan orang lain," ucap Sakur.
Menurutnya, Makdum mengenal Taat Pribadi pada 2011. Dia sebelumya diajak oleh Danuri yang merupakan warga Desa Pulogading dan Muhadi asal Bangsri Kecamatan Bulakamba, Brebes.
"Namun, Bapak Danuri dan Muhadi sudah lama tidak ke padepokan lagi, terakhir pada 2013. Setelah itu, Makdum mengajak Fatimah dan Tosim ikut ke padepokan," paparnya.
Ia menambahkan, waktu penggerebekan di lokasi dan Taat Pribadi dicokok petugas kepolisian di padepokan, mereka juga ada di padepokan.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Desa Rancawulu, Edi Supriyadi. Ia mengatakan keluarga tersebut masih percaya Taat Pribadi punya kesaktian menjelma menjadi lebih dari satu orang.
"Mereka juga tidak percaya bahwa Kanjeng Dimas Taat Pribadi membunuh. Menurut mereka, lalat di tangan saja tidak ditabok, apalagi manusia," ucapnya, menirukan.
Menurutnya, keadaan pengikut Kanjeng Dimas tersebut, seperti halnya orang dicuci otak. Apapun kesalahan yang dilakukan taat Pribadi, mereka tidak percaya.
Padahal, keluarga tersebut sudah menjadi korban penipuan dengan cara tidak masuk akal.
Pihaknya dibantu TNI dan Polri juga sudah memberikan pengarahan dan nasihat bahwa yang dilakukannya itu salah dan diingatkan untuk segera bertobat.
"Bersyukur warga saya sudah pulang ke rumah. Kami juga terus memberikan mereka pengarahan agar tidak kembali lagi ke padepokan," ujarnya.