Laporan wartawan Surya, Fatkul Alamy
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Seorang pelajar SMKN 3 Surabaya, NR (15) tidak mau sekolah setelah dikeroyok.
Pelajar kelas I jurusan Teknik Gambar dan Bangunan ini dikeroyok oleh sekitar 10 teman-temannya satu sekolahnya.
Kejadian pengeroyokan yang dialami NR itu, terjadi pada Jumat (4/11/2016) siang di sebuah lahan kosong komplek pertokoan di dekat jembatan tol Waru.
Saat itu, korban usai sepulang sekolah langsung diajak teman-temannya ke sebuah lahan kosong dan dipukuli.
"Kejadiannya sebelum salat Jumat, anak saya dikeroyok teman-temanya," sebut Supri, ayah NR kepada Surya (Tribunnews.com network), Selasa (8/11/2016).
Supri mengaku baru tahu jika anaknya jadi korban pengeroyokan teman-temanya pada Sabtu (5/11/2016) pagi.
Lantaran pada Jumat (4/11/2016), anaknya lebih banyak mengurung diri di dalam kamarnya dan tidur.
Melihat ada sesuatu yang aneh, Supri akhirnya mengajak bicara anaknya.
NR akhirnya mau bercerita dan mengakui telah dipukuli teman-temannya.
Alasan dikeroyok, kata Supri, diduga karena saling olok dan menggoda.
Tapi teman-temannya salah paham dan akhirnya melakukan pengeroyokan.
Akibat pengeroyokan itu, NR mengalami luka-luka.
Telinga sebelah kiri bengkak, dua gigi sebelah atas retak, punggung memar, hidung bengkak dan kepala bagian atas bengkak.
"Anak saya juga masih menyimpan tisu yang ada darahnya, katanya darah yang di tisu itu akibat pengroyokan," sebut Supri.
Pria yang tinggal di Perumahan Taman Wisata Waru, Sidoarjo ini mengaku, anaknya mengalami tekanan mental dan takut.
Penyebabnya, karena mendapat ancaman dari teman-temannya supaya tidak melapor ke siapa pun soal pengeroyokan.
"Anak saya diancam oleh teman-temanya mau dihabisi kalau lapor ke orang lain, ini yang membuat takut," aku Supri.
Lantaran takut, lanjut Supri, NR tidak mau masuk sekolah hingga Selasa (8/11/2016).
Alasannya, karena ancaman dari teman-temannya yang belum bisa hilang dari ingatan NR. Akhirnya, peristiwa ini dilaporkan ke Polsek Gayungan Surabaya, Selasa (8/11/2016).
Sebenarnya, Supri sudah melaporkan kejadian ini ke pihak sekolah pada Sabtu (5/11/2016) lalu. Saat itu, diterima oleh wali sekolah dan perwakilan guru bimbingan konseling (BK) SMKN 3 Surabaya.
"Saat itu dijawab akan diselesikan secara damai," aku Supri.
Supri mengaku, dirinya sebenarnya tidak mempermasalahkan jika anaknya melakukan kesalahan dan mendapat hukuman dari sekolah atau guru.
"Saya tidak apa-apa jika anak saya dipukul karena melakukan kesalahan," jelas Supri.
Kapolsek Gayungan Kompol Esti Setija Oetami mengatakan, kejadian ini sebenarnya sudah diselesikan pihak sekolah dan telah didamaikan.
"Saya sudah ditelpon guru sekolah (SMKN 3) dan sudah didamikan," kata Esti.
Esti mengaku belum menerima laporan jika orangtua korban melaorkan kejadian ini ke Polsek Gayungan. Jika, memang melapor, maka akan ditindaklanjuti.
"Nanti akan dilakukan visum dan pemeriksaan untuk dimintai keterangan," kata Esti.
Selain meminta keterangan ke korban, lanjut Esti, pihaknya juga bakal meminta keterangan dari saksi-saksi lainnya. Sehingga keterangan yang diperoleh dalam peristiwa ini lengkap.
Langkah lainnya, polisi bakal mengunjukngi sekolah. Tujuannya, untuk menyelesiakan kasus ini. fat