Ia datang ke Pasuruan dengan saudaranya. Ia sampai di Pasuruan, Rabu (14/12/2016) dinihari.
Sesampainya di dalam mobil, ada seorang pria yang memberikan handphone (hp) miliknya.
Jayadi langsung mengambil hp itu dan membawanya masuk ke dalam ruangan. Tak lama, proses pemulangan jenazah dipercepat.
Sekitar pukul 16.20, jenazah Bintara dimasukkan ke dalam ambulans dan dibawa ke RS Pusdik Gasum Porong untuk visum luar.
Setelah itu, jenazah dibawa ke Fakultas Unesa di Lidah, Surabaya. Rencananya akan ada penghormatan terakhir untuk Bintara, dan selanjutnya jenazah akan dibawa pulang ke rumah duka di Bojonegoro.
Kepada Surya, Jayadi mengaku berusaha ikhlas menerima kenyataan ini. Ia mengatakan bahwa Jayadi ini merupakan salah satu anak kesayangannya.
"Saya sangat ingin mengantarkan Bintara ini sukses meraih cita - citanya," katanya sembari mengusap air matanya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Dia mengaku sangat sedih dengan insiden ini. Namun, ia tidak bisa berkata banyak, karena semuanya sudah ditakdiran dan ini jalan yang terbaik.
"Saya hanya bisa pasrah dan mendoakannya agar tenang di Surga," ungkapnya.
Jayadi bercerita bahwa terakhir kali komunikasi dengan Bintara saat anaknya berpamitan untuk naik ke Gunung Arjuno.
Kala itu, ia sempat melarangnya. Alasannya, karena akhir - akhir ini cuaca sedang labil. Terkadang hujan , terkadang juga panas.
"Sudah sempat saya larang, tapi Bintara meyakinkan saya kalau semua akan baik - baik saja. Bahkan, Bintara berjanji tidak akan berangkat kalau hujan, akhirnya saya menyetujui itu meski berat," jelasnya sembari menyesali keputusannya mengizinkan sang putra naik ke Gunung Arjuno kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).