TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Saat melakukan perjalanan selama 3 hari 3 malam dari Bogor menuju Kota Medan saat Ius Pane atau Ridwan Sitorus alias Marihot Sitorus sempat duduk bersebelahan dengan seorang perempuan.
Namun saat bus telah melakukan perjalanan supir bus diminta untuk memindahkan gadis tersebut bersama dengan penumpang perempuan lainnya.
Adalah Marwan Nasution, sopir Bus ALS yang mengungkapkan hal itu kepada Tribun-Medan.com, Minggu (1/1/2017) usai Ius Pane diringkus oleh pihak kepolisian yang menyaru mengenakan pakaian preman.
Dia mengungkapkan, pada awal keberangkatan, orangtuanya meminta untuk memisahkan gadis itu dengan perampok berdarah Pulomas hingga saat berada di Merak ketika ada bangku yang kosong.
"Waktu di Merak, saya suruh perempuan yang di sebelahnya pindah. Keluarga perempuan itu berpesan kalau ada kosong tolong dipindahkan ke sesama perempuan. Waktu di Merak ada kosong bangku sesama perempuan. Makanya saya suruh pindah," kata Marwan.
Selama melakukan perjalanan Ius Pane termasuk penumpang yang selalu berinteraksi dengan penumpang lainnya hingga tidak menimbulkan kecurigaan.
Ius Pane atau Marihot Sitorus alias Ridwan Sitorus mulai berangkat dari Bogor pada Kamis (27/12/2016) dan tiba di Medan, Minggu (1/1/2017) pagi.
Dia melewatkan malam tahun baru di dalam perjalanan menuju Medan.
Marwan Nasution, sopir Bus ALS menuturkan, selama di perjalanan Ius Pane, perampok Pulomas Jakarta Timur selalu menggunakan topi putih.
Dia selalu tampak berbincang-bincang dengan penumpang lainnya saat dalam perjalanan terutama dengan teman sebangkunya.
Ia menjelaskan, Ius Pane duduk di bangku nomor 37 tepat enggak jauh dari pintu belakang.
"Saya enggak tahu sama sekali kalau dia merampok. Saya jarang liat televisi jadi enggak tanda wajahnya."
"Saya hanya tahu dia penumpang, selama dalam perjalanan dia bergaul dengan penumpang lainnya. Biasa saja, tak ada curiga sedikit pun," ujarnya.
Ia menuturkan, Ius Pane mulai gelisah saat bus berhenti di Padangsidempuan, Sumut.