Laporan Wartawan Tribun Bali, Muhammad Fredey Mercury
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Ketut Lantur setiap harinya hanya bekerja sebagai pencari rumput untuk pakan ternak titipan tetangga.
Namun setelah penyakit tumor yang dideritanya, praktis tak ada pemasukan.
Biaya sekolah anaknya harus nunggak hingga Rp 1,5 juta
Nasib malang menimpa Ketut Lantur (40), lengan kirinya ditumbuhi tumor ganas seberat 60 Kg.
Dengan setia istri Lantur yang bernama Ni Ketut Darsini (40) menemani selama dalam perawatan di RSUP Sanglah.
Bertempat di ruang Angsoka nomor 205, Darsini menceritakan tumor yang menghinggapi suaminya sudah muncul sejak 2 tahun lalu, namun hanya berupa benjolan kecil.
"Sejak tujuh bulan terakhir benjolannya makin besar," ucap Darsini.
Warga asal Banjar Lebah, Desa Suwug, Sawan, Buleleng ini menceritakan suaminya adalah tulang punggung keluarga.
Ia bekerja serabutan, kadang sebagai buruh potong kayu panggilan.
Pekerjaan sehari-hari mereka adalah mencari rumput untuk makan sapi-sapi yang dititipkan tetangganya.
"Kalau cari rumput untuk makan sapi setiap hari, nanti setelah 1 sampai 1,5 tahun, sapinya dijual. Keuntungan dari menjual sapi tersebut dibagi dua, saya biasanya diberi Rp 2 juta. Namun karena suami saya terkena musibah, terpaksa saya jual sapinya. Saya hanya dapat Rp 300 ribu," tuturnya lirih.
Disamping memikirkan suaminya, pikiran Darsini juga harus terpecah karena anak tertuanya harus membayar uang untuk mengikuti ujian di sekolahnya.
"Anak pertama saya mengatakan harus bayar Rp 1,5 juta untuk mengikuti ujian di sekolahnya. Dia bahkan mengajak saya ke sekolah untuk menemui gurunya, karena dia khawatir saya tidak percaya. Akhirnya saya coba carikan pinjaman dulu," ucapnya.