Laporan Wartawan Surya Galih Lintartika
TRIBUNNEWS, PASURUAN - Nasib dua jamaah umroh asal Pasuruan, Triningsih Kamsir Warsih (50) dan Umi Widayani Djaswadi (56) yang ditahan di Jeddah akibat bercanda soal bom masih belum jelas hingga sekarang.
Warga asal Dusun Pilangsari, Desa Beji, Kecamatan Beji dan warga Jalan Bendosolo, Desa Pogar, Kecamatan Bangil, Pasuruan ini masih ditahan di sel tahanan atau penjara wanita di Jeddah yakni Sijjin Islakhiyah, Dahbah, Jeddah.
Keduanya belum dinyatakan bebas meski, pemeriksaan secar keseluruhan oleh kepolisian setempat dan dari beberapa pihak sudah dinyatakan selesai.
Hingga saat ini, hasil pemeriksaan itu belum disampaikan yang menjadi penyebab kedua jamaah ini belum bisa bebas dari penjara.
Lyan, anak pertama Umi Widayani Djaswadi (56) warga Jalan Bendosolo, Desa Pogar, Kecamatan Bangil, Pasuruan yang sempat tinggal di Jeddah mengatakan hasil pemeriksaan belum dibacakan hingga sekarang ini.
"Alasannya, karena hasil dari pemeriksaan itu belum disetujui oleh Gubernur Mekkah. Maka tidak bisa sembarangan dikeluarkan," kata Lyan saat ditemui di rumahnya Kraton Harmony, Senin (30/1/2017).
Lyan mengatakan, Pemerintah Arab Saudi belum bisa menerima bahwa apa yang disampaikan mamanya dan tantenya yakni Tri di atas pesawat Royal Brunei Darusalam pada 11 Januari 2017.
"Kami hanya bisa berharap pihak KJRI memberikan bantuan semakmisal mungkin, dari Kemenlu, Menteri, Pak Presiden untuk membantu membebaskan ibu dan tante kami. Mereka tidak bersalah dan hanya sebatas bercanda kala itu," terangnya.
Dia mengatakan, sejauh ini pihak KJRI memang membantu tapi hanya sebatas mendampingi.
Ia menyebut, bahwa pihak KJRI tidak ingin dianggap intervensi ke pemerintahan Arab Saudi terkait kasus ini. Namun, KJRI akan membantu membebaskan ibu dan tantenya dalam jangka waktu dekat.
"Tapi sampai kapan. Kami dari pihak keluarga sudah menunggu kepulangannya. Kasihan ditahan disana. Saya tidak paham soal diplomasi antar negara dan sebagainya, yang jelas saya berharap, pemerintah membantu kami," jelasnya.
Lyan mengatakan, kondisi tubuh ibu dan tantenya semakin hari semakin memburuk.
Ia bercerita, pertemuannya terakhir dengan keduanya sebelum pulang ke Indonesia itu, badan mereka semakin kurus.
Ia menyebut, kemungkinan besar hal itu terjadi karena faktor pikiran. Ia tidak memungkiri bahwa, mama dan tantenya itu sangat tertekan kondisi psikisnya paska menerima musibah ini.
"Kalau soal makan dan pakaian, Pemerintah Arab Saudi dan KJRI menjaminnya. Jadi saya rasa, mereka tertekan dengan kondisi ini," tandasnya.
Sebelumnya, 31 Desember 2016, pramugari menanyakan isi tas Tri. Umi yang saat itu berada di sebelah Tri, menjawab dengan bahasa indonesia, "Kalau dari Arab ya bawa oleh - oleh, masa bawa bom".
Niatan Umi itu hanya bercanda dengan pramugari tersebut.
Hal sepele itu justru jadi bumerang. Pramugari melapor ke kokpit, dan pilot Royal Brunei Airlines langsung menghubungi petugas kemanan dan otoritas bandara.
Penerbanangan didelay.
Pilot minta ada screening ulang atau pemeriksaan ulang untuk memastikan keberadaan bom itu hingga berujung penahanan terhadap kedua jemaah umroh tersebut.