TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA - Penyandang disabilitas berinisial L (16) asal salah satu desa di Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali sampai kini masih kesulitan diajak berkomunikasi.
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Buleleng, Made Riko Wibawa mengalami kesulitan untuk mengajaknya berkomunikasi karena kondisinya yang mengalami keterbelakangan mental.
Dia berencana akan bekerjasama dengan psikolog untuk mengajak L berkomunikasi.
Sebab ia sangat membutuhkan keterangan dari gadis itu untuk memastikan kebenaran dugaan pencabulan yang dialaminya.
Mengingat juga tidak ada saksi mata yang mengetahui bahwa L diduga dicabuli oleh JB (50), seorang tokoh masyarakat desa setempat.
Riko juga telah berkoordinasi dengan pihak desa untuk penyelesaian kasus tersebut.
Pihak desa kini sedang berupaya memediasi untuk mengetahui kebenaran dugaan pencabulan itu.
Namun sampai kini belum ada yang melaporkan dugaan kasus pencabulan ini ke polisi.
"Kita pendekatan langsung ke pihak desa, untuk investigasi. Kita tugasnya memberikan perlindungan apa ada tekanan psikis yang dialami korban, yang bisa kita rujuk untuk diberikan penanganan dan pendampingan. Karena anak dengan keterbelakangan kita usulkan untuk didampingi psikolog," ujar Riko, Selasa (31/1/2017).
Baca: Dijanjikan Jadi Pelayan Rumah Makan, Seorang Remaja Disuruh Ganti Rok Pendek dan Temani Om-om
Ia juga belum dapat memastikan apakah benar L dicabuli atau tidak.
Kini ia berharap banyak dengan pskilog untuk mencari keterangan dari L.
Meskipun dari hasil pemeriksaan dokter, L yang sempat dikabarkan hamil ternyata tidak hamil.
"Kalau sampai kesana (dugaan pencabulan) belum, tahu sendiri orang demikian sulit, jadi perlu orang yang ahli untuk bisa menggali meminta penjelasan sehingga kami lebih mudah untuk mengungkapnya. Dari tulisan dokter negatif. Belum dilaporkan ke polisi masih diselesaikan di adat," katanya.