Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Rahmadhani
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Sudah lima hari ini Saryono terkatung-katung di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Supir truk yang mengangkut rotan dari Banjarbaru ini seyogyanya akan menuju Surabaya.
Namun akibat cuaca buruk, tak ada satupun kapal Roro yang sandar di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Saryono dan puluhan supir truk lainnya pun terpaksa hanya bisa menunggu.
Antrian puluhan truk pun terlihat mengular di pintu masuk Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, Minggu (5/2/2017) siang.
"Sampai sekarang belum ada kabar mas kapan berangkat. Ya begini menunggu tanpa kepastian kapan berangkat," kata Saryono.
Saryono sendiri pusing, lantaran uang saku Rp 1,5 juta yang dibawanya sudah makin tipis.
"Ini buat biaya makan kernet sudah mau habis. Mudahan cepat baik saja cuacanya. Biasanya paling lama nunggu sehari langsung berangkat soalnya," kata dia.
Namun, Saryono sendiri masih beruntung. Barang yang dibawanya bukan barang lekas busuk. Amat, salah satu supir truk yang mengangkut jengkol ke Surabaya sudah beberapa hari ini gelisah.
"Ini kalau sampai dua hari lagi tidak berangkat juga bisa busuk mas," kata Amat.
Suasana Terminal Keberangkatan Pelabuhan Trisakti sendiri terlihat sepi aktivitas.
Dari pantauan, hujan dan angin kencang sempat melanda kawasan Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Ombak begitu besar, bahkan terlihat ada sebuah tongkang yang terombang-ambing di dekat Pelabuhan Trisakti Banjarmasin.
Kabid Lalulintas Angkutan Laut KSOP Banjarmasin Baharlan mengatakan, pihaknya sudah memberi himbauan kepada para kapten kapal untuk tidak berlayar akibat tingginya gelombang di Laut Jawa.
Ketinggian gelombang sendiri mencapai 4 sampai 5 meter, dimana normalnya ketinggian gelombang 1 sampai 2 meter.
"Gelombang tinggi di Laut Jawa mencapai 4 sampai 5 meter. Khusus kapal roro sementara kita tunda keberangkatannya," katanya.