News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kematian Kim Jong Nam

Cerita Dari Kampung Siti Aisyah, Banyak yang Salut Ia Merantau ke Malaysia

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu foto Siti Aisyah yang diunggah ke akun Facebook-nya.

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Theo Yonathan Simon Laturiuw

TRIBUNNEWS.COM, SERANG - - Siti Aisyah (24) punya jalan hidup berbeda dari teman-temannya di Kampung Rancasumur, Desa Sindangsari, Kecamatan Pabuaran, Serang, Banten.

Sebagian besar wanita di sana putus sekolah usai lulus sekolah dasar (SD). Lalu menganggur bertahun-tahun, kemudian menikah.

Siti Rukiyah (25) salah rekan Aisyah, menggendong bayinya sambil melihat keramaian di rumah Siti Aisyah, tersangka pembunuh Kim Jong Nam, Sabtu (18/2/2017) sore.

Rukiyah menikahi teman masa kecilnya, tahun 2008 lalu. Mereka sama-sama belum bekerja saat menikah. Keduanya lulusan SD.

Bahkan sampai kini, suami Rukiyah masih pengangguran. Hanya sesekali bekerja bangunan secara serabutan. Sementara Rukiyah setiap hari membuat ketupat, lalu dijual di pasar.

"Saya masih tinggal sama mertua sekarang," ucap Rukiyah sambil menenangkan bayinya yang mulai mengamuk.

Jupri (45), warga lainnya, punya 4 anak. Tiga anaknya sudah berkeluarga dan tinggal berdekatan dengannya. Tak satupun merantau.

"Tiga anak saya itu lulusan SD semua," kata Jupri kepada Wartakotalive.com, kemarin sore.

Anak pertamanya berjualan pete di pinggir jalan. Anak keduanya kerja di lapak limbah plastik milik kerabatnya. Anak ketiganya perempuan. Pendidikannya tak dilanjutkan usai lulus SD.

Dia kini menikah dengan seorang pedagang di pasar. Kemarin sore anak perempuan Jupri ikut sibuk menonton di depan rumah Siti Aisyah. Sambil membawa anak balitanya yang sudah bisa jalan, dan menggendong bayinya.

Halimah Tursadiah (23), rekan semasa kecil Siti Aisyah, mengakui bahwa perempuan di Kampung Rancasumur lebih tersisih. Ia merasakan benar hal tersebut.

Perempuan disana rata-rata lulusan SD. Pendidikannya habis di tingkat itu. Sehabis itu biasanya anak-anak perempuan menghabiskan waktu sia-sia menunggu dinikahi.

"Anak-anak di sini sedikit yang melanjutkan kuliah. Apalagi perempuan," kata Halimah, kemarin sore.

Butuh keberanian lebih melewati kebiasaan itu. Halimah menghitung hanya ada 15 anak sebayanya yang kuliah.

Yang merantau sampai jauh ke luar negeri hanya ada 1 orang, yakni Siti Aisyah. "Saya salut sama teh Isah (panggilan Aisyah di kampungnya)," ucap Halimah.

Halimah pikir Aisyah akan menghabiskan waktu seperti perempuan lain di kampung itu. "Soalnya kan dia itu habis tamat SD ya putus sekolah," kata Halimah.

"Biasanya kalau perempuan disini sudah putus sekolah, ya tinggal tunggu dikawinkan saja," ucap Halimah.

Makanya dia salut dengan keputusan Aisyah merantau ke Jakarta. Lalu pergi ke Batam dan Malaysia. Jalur hidup yang agak aneh untuk wanita Kampung Rancasumur.

Halimah pun mengakui kesulitan dirinya saat mau melanjutkan sekolah. Terutama ketika hendak kuliah. Belum lagi keluarganya keterbatasan dana.

Dia butuh meyakinkan orangtuanya berulang-ulang. Bahkan dia berjanji akan cari kerja sendiri setelah kuliah.

Halimah kini sudah semester 7 jurusan Ekonomi di UIN Serang. Dia membagi waktu antara kuliah dan berjualan online serta pulsa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini