Berbagai cara pun dicari agar batu besar itu bisa disingkirkan. Memecah batu dengan cara memalu dihindari, karena dikhawatirkan bisa memicu reruntuhan lainnya. Sementara waktu terus berlalu, kegelisahan dan frustasi mulai dirasakan para korban.
"Ada di antara kami yang sudah sangat ketakutan dan frustasi. Padahal kami tidak bisa terlalu banyak bergerak dan berteriak. Khawatir dinding lainnya akan runtuh," sebut Karno.
Pagi menjelang, upaya penyelamatan terus diupayakan. Hingga sebuah cara ditemukan untuk memberikan ruang diantara batu dengan dinding pantongan. Batu pun diikat dengan tali tambang lalu ditarik menempel ke dinding.
Ruang sempit yang tercipta, digunakan oleh para penyelamat untuk membuat lubang alternatif. Tindakan hati-hati dilakukan, agar tidak terjadi longsoran susulan.
Sekitar pukul 09.00 Wita, lubang alternatif menampakan hasil. Ukurannya pas untuk dilewati satu badan korban secara vertikal. Tindakan evakuasi ke permukaan pun dimulai.
Pukul 09.25 Wita, Ali,salah satu korban bisa dievakuasi pertama kalinya. Evakuasi berlangsung dalam suasana haru.
Setiap kali ada korban yang diangkut ke permukaan, disambut penuh keharuan oleh sesama rekan mereka, hingga Asep, korban terakhir yang diangkut muncul ke permukaan pada pukul 10.03 Wita.
Setelah berhasil dievakuasi, ke 13 korban langsung ditangani secara medis. Beberapa di antaranya terlihat sangat lemah dan trauma. Tangisan haru pun tak bisa dihindari.
Petugas penyelamat kemudian membawa korban yang lemah ke rumah sakit untuk mendapat tindakan medis lebih lanjut.
Karno menyiratkan, apa yang menjadi pilihan hidupnya sekarang merupakan jalan keluar di antara kesulitan mencari peluang kerja.
"Saya tahu ini berisiko, tapi saya harus bekerja. Di lokasi ini saya sudah enam bulan, sebelumnya di lokasi lain. Sudah dua tahun saya di Tatelu bekerja sebagai penambang," ucap Karno.
Tim penyelamat yang terdiri dari berbagai unsur telah mengemas peralatan. Mereka pulang dengan rasa syukur karena semua korban bisa selamat. Tetapi apa yang menimpa Karno dan rekannya, menambah daftar musibah petambang terjebak di lubang.
Sebelumnya, dua penambang Arie Ratumbanua (31) dan Bryan Telew (21) tewas tertimbun tak bisa diselamatkan pada 2013 lalu.
Penulis: Ronny Adolof Buol