TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Di balik keindahan alam Kabupaten Aceh Jaya, tersimpan sebuah misteri sebuah batu di tebing gunung yang mengeluarkan mata air sebagai sumber kehidupan warga Desa Kuala, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Aceh Jaya.
Setiap hari, mata air dari batu gunung itu mengeluarkan air tanpa henti.
“Kebesaran Allah dan rahmat-Nya nyata untuk kita, seperti air yang keluar dari batu di negeri kami Kecamatan Indra Jaya,” ungkap Nawawi, Camat Indra Jaya saat diwawancarai Serambi belum lama ini.
Mata air yang keluar dari bebatuan itu sudah diketahui sejak beberapa tahun lalu pascabencana tsunami.
Hingga saat ini airnya masih terus mengalir tanpa henti baik saat kondisi kemarau dan musim hujan.
Saat ini di lokasi mata air telah dipasang pipa kecil agar memudahkan warga menampungnya.
Mata air yang mengalir memang tidak begitu besar, namun cukup untuk kebutuhan warga di daerah itu.
Menurut Nawawi kemunculan mata air di tebing gunung kawasan DesaKuala, Kecamatan Indra Jaya merupakan sebuah keajiban yang harus dilestarikan dan dijaga bersama sebagai kearifan lokal.
Pemerintah dan masyarakat setempat diharapkan agar menjaga mata air tersebut sebagai aset daerah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
Selain sebuah keunikan yang jarang dimiliki daerah lain, kemunculan batu yang mengeluarkan air ini juga sudah menjadi kebutuhan warga sekitar, karena warga tidak lagi harus membeli air galon dengan mengeluarkan biaya.
Warga di kawasan Indra Jaya dan Lamno menyebut sumber mata air itu dengan nama Ie Mon Batee yang berarti air yang keluar dari sumur batu.
Menurut warga setempat, air itu sudah ada sebelum terjadi bencana tsunami dan baru diketahui secara luas oleh masyarakat saat pembangunan jalan USAID atau pascatsunami.
Seperti diketahui proyek pembangunan jalan USAID dilakukan dengan membelah bukit kecil kini menjadi jalan nasional lintas Banda Aceh-Mulaboh.
“Kualitas air yang keluar dari batu itu sama dengan air galon, sehingga kami mengambilnya setiap hari dan kami kenal dengan Ie Mon Batee atau air sumur batu,” kata M Yanis, warga di kawasan itu yang sehari-hari mengonsumsi air Ie Mon Batee.