TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Penyebab kecelakaan bus rombongan study tour siswa SMK Panca Karya, Bogor, Jawa Barat, diduga kuat karena rem blong.
"Saat melintasi turunan kondisi rem sudah tidak maksimal, sehingga bus terus melaju kencang dan kecepatannya tidak bisa dikurangi," kata Kasat Lantas Polres Magelang, AKP Didi Dewantara, Selasa (16/5/2017).
Bus PO Subur Jaya nomor polisi K 1619 DM melaju dari arah Kopeng, Salatiga. Bus membawa rombongan menuju tujuh lokasi wisata di Magelang dan Yogyakarta terdiri dari 46 siswa, 5 guru, 2 sopir, 1 kru bus, serta 1 anak guru pendamping.
Baca: Ibu Korban Berteriak Histeris Tahu Anaknya Korban Kecelakaan Bus di Magelang
Baca: Telepon Petugas Jasa Raharja Jateng Seketika Buat Sumitra Lemas
Baca: Korban Kecelakaan Maut Bus Study Tour Tak Sempat Pamit dengan Ayahnya
Sebelum terguling beberapa kali kecepatan bus sama sekali tidak bisa dikendalikan oleh sopir. Akibatnya bus oleng dan menabrak salah satu bus lain di depannya.
Begitu menyadari ada yang tidak beres pada remnya, sopir lantas membunyikan klakson panjang, supaya kendaraan-kendaraan di depannya bisa memberi jalan.
Ketika tepat di depannya terdapat sebuah bus, dengan ukuran yang kurang lebih sama, sopir tak sanggup membanting stir ke kanan, untuk menghindari benturan.
"Sebenarnya ada empat bus dari PO yang sama dan berjalan secara beriringan. Bus yang dikendarai para korban berada di urutan kedua yang kemudian menabrak rangkaian bus di depannya, sebelum terpelanting ke kanan jalan," ia menambahkan.
Laju bus semakin liar karena ban belakang sebelah kanan meletus. Selang beberapa meter bus terguling menabrak musala kecil dan bengkel.
Tidak ada warga sekitar yang menjadi korban kecelakaan maut tersebut. Didi masih menunggu pemeriksaan Dinas Perhubungan Kabupaten Magelang terkait masalah bus.
Selain itu, tambah dia, ada faktor lain yang mendukung seperti sopir yang terindikasi terlalu fokus pada pengereman lewat sistem rem, tanpa mengindahkan sistem perpindahan gigi.
Dishub Magelang akan memeriksa secara teknis. Dalam kondisi jalan menurun sopir seharusnya menggunakan sistem perpindahan gigi, dari empat ke tiga, lalu tiga ke dua.
"Namun, faktor tersebut masih akan kami selidiki lebih lanjut. Setelahnya, baru dapat kita simpulkan," Didi menjelaskan. TRIBUN JATENG